Minggu, 30 Oktober 2016


AKSIOLOGI  MANAJEMEN

A. Latar Belakang Masalah

Secara tradisional, etika bisnis Danish telah ditandai dengan etika Protestan, yang dipromosikan norma-norma integritas, menghormati kerja keras, dan perilaku yang dapat dipercaya; Namun, baru-baru ini menjadi jelas bahwa berpikir lebih baik pada etika bisnis diperlukan. Selama tahun 1980 dan 1990 pertanyaan apakah istilah "etika bisnis" pada dasarnya oxymoronic (yaitu, apakah mungkin untuk menggabungkan etika, nilai-nilai, dan tanggung jawab sosial dengan keuntungan dan efisiensi) menjadi perhatian utama (Pruzan 1998, 10).
Banyak perusahaan Denmark telah menyadari bahwa fokus pada CSR, etika, dan keberlanjutan mungkin menjadi faktor kompetitif secara internasional, tetapi juga secara lokal sebagai tanda tinggi integritas dan kepercayaan. Dengan demikian, etika bisnis diusulkan sebagai bagian penting dari kepemimpinan, manajemen, dan perusahaan.
Perusahaan Denmark telah menjadi fokus pada investasi etis, termasuk fokus pada tanggung jawab sosial umum perusahaan terhadap mereka para karyawan. investor institusi di Denmark telah semakin menjadi mengembangkan kebijakan yang kuat pada etika bisnis dan CSR; Oleh karena itu, besar perusahaan telah dipaksa untuk memiliki kebijakan tentang etika agar benda dapat diterima untuk investasi.
Perusahaan juga dilihat sebagai sarana untuk mendorong manajemen yang lebih baik dan mendorong tuntutan etika pemerintahan yang baik. Dengan demikian, nilai-nilai berbasis manajemen dianggap penting untuk melindungi reputasi, pemahaman diri, dan identitas perusahaan. Ini termasuk nilai-driven manajemen dan etika bisnis sebagai sarana berfokus kontribusi perusahaan kepada pemeliharaan keberlanjutan, menurut triple bottom line. Ini berpendapat bahwa perusahaan perlu membangun reputasi yang baik dan saling percaya hubungan dalam masyarakat. Dengan cara ini, akan ada hubungan yang lebih dekat antara nilai-nilai perusahaan
2
dan masyarakat sebagai suatu totalitas, mengintegrasikan perusahaan dalam konsepsi masyarakat umum etika dan melestarikan.

B. Rumusan Masalah
      a. Apakah pengertian aksiologi budaya kerja?
     b. Bagaimana perilaku dan etika individu dalam organisasi?
    c. Bagaimana relativitas budaya perusahaan ?
    C.Pembahasan
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Menurut John Sinclair yang dikutip dari buku Anton Bakker (1992) dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial, dan agama. Sistem mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan, dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud.2
Nilai (aksiologi) didefinisikan oleh banyak pakar dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Pengertian nilai dari sudut pandang dan disiplin ilmu, diambil dari buku Handbook of Administrative Ethic, yang diedit oleh Terry L. Cooper dan Marcel Dekker, antara lain sebagai berikut:
Nilai merupakan inti dari pilihan moral berkaitan dengan etika dalam administrasi dan manajemen. Dalam arti sempit, nilai merupakan sesuatu yang dianggap baik, menyenangkan, penting, dan bermanfaat. Adapun dalam arti luas, nilai
1 Koslowski Peter, 2009, Elements Of a Philosophy Of Management and Organization, Amsterdam: Springer, h. 19-21
2 Bakker Anton,1992, Ontologi Metafisikia Pengada dan Dasar-dasar Kenyataan, Yogyakarta: Kanisius, h. 353
merupakan segala sesuatu yang dianggap baik, kewajiban, kebijakan, keindahan, kebenaran, dan keluhuran.
Nilai budaya kerja adalah pilihan nilai-nilai moral dan etika yang dianggap baik dan positif, meliputi nilai sosial budaya positif yang relevan, norma atau kaidah, etika, dan nilai kinerja produktif yang bersumber dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Nilai dijadikan pedoman secara individu atau kelompok yang dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja dalam pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat.3
Budaya kerja dapat dikembangkan dengan meningkatkan ambisi dan mimpi kehidupan. Manusia harus memainkan cita-citanya dengan penuh kreativitas dan inovatif. Dengan demikian, dapat terbentuk harapan yang ideal untuk mengubah kehidupannya ke arah yang lebih baik, terutama pada kehidupan ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dan kemasyarakatan. Peningkatan budaya kerja didorong oleh kesinambungan hidup manusia dan prinsip-prinsip kehidupan yang dibangunnya sendiri atau bersama orang lain.
Nilai-nilai dan keyakinan organisasi merupakan dasar dari budaya organisasi. Keduanya memiliki peranan yang penting di dalam mempengaruhi etika berperilaku. Saat ini, isu mengenai etika dan perilaku telah mendapatkan perhatian yang lebih besar. Perilaku yang tidak etis merupakan permasalahan relevan bagi semua anggota organisasi. Sebagai contoh, kita dapat menemukan banyaknya para manajer yang terpaksa melakukan kebohongan untuk mencapai tujuan organisasi. Atau karyawan memberikan laporan palsu kepada pimpinan, hanya untuk memperlihatkan loyalitasnya, dan sebagainya.
Oleh karena itu, perilaku organisasi merupakan penjelasan yang menguntungkan bagi pemahaman yang lebih baik di dalam mengembangkan etika
3 Beni Ahmad Saebani, 2012, Filsafat Manajemen, Bandung: Pustaka Setia, h.230-232
4
organisasi. Perilaku organisasi juga diharapkan mampu memberikan wawasan mengenai bagaimana mengelola perilaku kerja manusia, kemudian ia mengajarkan kepada semua anggota bagaimana menghindari perilaku yang buruk. Sebuah etika merupakan penelitian mengenai pilihan dan masalah moral (Kreitner dan Kinicki: 2000). Ia menyangkut benar versus salah, baik versus buruk, dan bayangan kelabu dalam isu-isu yang diduga berwarna hitam dan putih. Gibson.dkk. mengartikan etika sebagai prinsip-prinsip yang membedakan antara baik, buruk, benar, dan salah. Tujuan dari etika adalah untuk memungkinkan individu membuat berbagai pilihan di antara perilaku-perilaku alternatif.4
Budaya perusahaan yang “baik” adalah budaya yang mendukung organisasi untuk mencapai tujuannya. Inilah salah satu prinsip dalam pengelolaan budaya perusahaan; relativitas budaya. Setiap organisasi harus memiliki budaya yang berbeda. Salah satunya adalah lingkungan bisnisnya, dan lebih spesifik lagi adalah “pasar” yang digarapnya. Tiap lingkungan pasar menurut perilaku organisasi tertentu sebagai cerminan dari upaya dalam memenuhi permintaan pasar. Perilaku organisasi adalah “ produk” dari budaya perusahaan, dan budaya perusahaan bertumpu dari nilai-nilai yang dianut bersama.
Jika perusahaan menetapkan agar unggul dalam persaingan berdasarkan kekuatannya dalam layanan pelanggan, maka nilai-nilai yang harus dimiliki adalah loyalitas, layanan (service), kolaborasi, dan konsensus yang diharapkan menjadikan panduan bagi segenap anggota organisasi unruk berperilaku. Bagi perusahaan yang memilih keunikan produk (product uniqueness) sebagai pilar persaingan, maka nilai yang menjadi landasan perilaku organisasi adalah kreativitas, inovasi, diferensiasi, dan pemecahan masalah. Dalam strategi bersaing (competitive strategy) diferensiasi harus memiliki kemampuan pemasaran yang kuat, kemampuan untuk merekayasa produk, kreatif, dan riset yang kuat sehingga dibutuhkan koordinasi yang kuat di
4 Amirullah dan Haris Budiyono, 2004, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu, h. 80-81
5
antara riset, pengembangan produk dan pemasaran, serta insentif yang dikaitkan dengan kreativitas. Sementara bagi perusahaan yang menerapkan strategi cost leadership, maka nilai-nilai yang dianut adalah kontrol yang ketat, reriabilitas, analisis, ketepatan, predictability. Strategi keunggulan biaya menyeluruh (cost leadhership strategy) menurut pengawasan biaya yang ketat, laporan rinci dan sering, organisasi dengan struktur dan tanggung jawab yang jelas, serta insentif didasarkan kepada tercapainya sasaran kuantitatif yang sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai yang dianut agar dapat memproduksi perilaku yang berorientasi pada penekanan biaya.inilah gambaran relativitas budaya perusahaan yang dikaitkan dengan strategi, karena diperlukan kompatibilitas (compability) di antara keduanya. Artinya, untuk strategi tertentu dibutuhkan budaya tertentu, dan perusahaan memiliki strategi yang berbeda-beda.5
D. Simpulan
Nilai budaya kerja adalah pilihan nilai-nilai moral dan etika yang dianggap baik dan positif, meliputi nilai sosial budaya positif yang relevan, norma atau kaidah, etika, dan nilai kinerja produktif yang bersumber dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Nilai-nilai dan keyakinan organisasi merupakan dasar dari budaya organisasi. Keduanya memiliki peranan yang penting di dalam mempengaruhi etika berperilaku. Oleh karena itu, perilaku organisasi merupakan penjelasan yang menguntungkan bagi pemahaman yang lebih baik di dalam mengembangkan etika organisasi.
Budaya perusahaan yang “baik” adalah budaya yang mendukung organisasi untuk mencapai tujuannya. Inilah salah satu prinsip dalam pengelolaan budaya perusahaan; relativitas budaya.
5 Ibid., h. 83-84
6
Daftar Pustaka
Bakker Anton. 1992. Ontologi Metafisika Pengada dan Dasar-dasar Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.
Beni Ahmad Saebani. 2012. Filsafat Manajemen. Bandung: Pustaka Setia.
Koslowski Peter. 2009. Elements Of a Philosophy Of Management and Organization, Amsterdam: Springer.
Amirullah dan Haris Budiyono, 2004, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar