Berfikir
Reflektif
Oleh
saepullah ma ruf
Nuraeini
Nyzuli rahmatillah
Yudi Imansyah
Pendahuluan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ditangkap manusia
mengenai objek sebagai hasil dari proses mengetahui baik melalui indra maupun
akal. Jadi, segala sesuatu yang kita lihat, kita rasakan, kita pikirkan
merupakan pengetahuan.
Pengetahuan juga didapat dari proses berpikir. Proses berpikir
tersebut merupakan kemampuan manusia dalam menggunakan akal untuk memahami
lingkungannya. Tanpa berpikir manusia tidak bisa diakui keberadaannya seperti
yang dikemukakan oleh René Descartes yaitu Je pense donc je suis atau Cogito
Ergo Sum, yang berarti Saya berpikir maka saya ada. Keberadaan saya diakui
karena saya berpikir.Dari kemampuan berpikirnyalah, manusia mampu mengembangkan
pengetahuan. Untuk mengembangkan pengetahuan manusia melakukan proses berpikir
ilmiah yaitu berpikir sesuai dengan kaidah-kaidah keilmiahan.
Berpikir dilakukan di bidang apapun dan kesempatan apapun,
begitu juga di bidang pendidikan. Begitu banyak pakar pendidikan yang telah
memikirkan bagaimana cara untuk mengembangkan pendidikan karena pendidikan
adalah proses yang terus menerus berubah atau berkembang menyesuaikan kebutuhan
perkembangan zaman dan perkembangan teknologi.
Akal pikiran yang dimiliki manusia, menyebabkan manusia dapat
menciptakan pengetahuan, namun bukan jaminan manusia memilki pengetahuan secara
otomatis, karena pikiran manusia hanyalah ruang kosong yang harus diisi dengan
pengetahuan.
Penelitian menempatkan posisi yang paling urgen dalam ilmu pengetahuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Penggunaan cara-cara ilmiah dalam sebuah aktivitas menjawab rasa ingin tahu, tidak saja memerhatikan kebenaran ilmiah (scientific truth), akan tetapi juga mempertimbangkan cara-cara untuk memperoleh kebenaran itu, cara itu adalah penelitian ilmiah (scientific research) atau disebut dengan metode penelitian.
Penelitian menempatkan posisi yang paling urgen dalam ilmu pengetahuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Penggunaan cara-cara ilmiah dalam sebuah aktivitas menjawab rasa ingin tahu, tidak saja memerhatikan kebenaran ilmiah (scientific truth), akan tetapi juga mempertimbangkan cara-cara untuk memperoleh kebenaran itu, cara itu adalah penelitian ilmiah (scientific research) atau disebut dengan metode penelitian.
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis
dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk
mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis. Garis besar
langkah-langkah sistematis keilmuan menurut John Dewey adalah metode berpikir
reflektif (reflective thinking) yang terdiri dari mencari, merumuskan, dan
mengidentifikasi masalah
1. Menyusun kerangka
pemikiran (logical construct)
2. Merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah).
3. Menguji hipotesis secara empirik.
4. Melakukan pembahasan.
5. Menarik kesimpulan.
Pembahasan
Pengertian Berpikir Reflektif
2. Merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah).
3. Menguji hipotesis secara empirik.
4. Melakukan pembahasan.
5. Menarik kesimpulan.
Pembahasan
Pengertian Berpikir Reflektif
Konsep reflektif dari John Dewey berkenaan dengan kemampuan
berfikir reflektif dan bersikap reflektif. Kemampuan berfikir reflektif terdiri
atas lima komponen yaitu:
1. recognize or felt
difficulty/problem, merasakan dan mengidentifikasikan masalah;
2. location and
definition of the problem, membatasi dan merumuskan masalah;
3. suggestion of posible
solution, mengajukan beberapa kemungkinan alternatif solusi pemecahan masalah;
4. rational elaboration
of an idea, mengembangkan ide untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan
data yang dibutuhkan;
5. test and formation of
conclusion, melakukan tes untuk menguji solusi pemecahan masalah dan
menggunakannya sebagai bahan pertimbangan membuat kesimpulan.
Sikap reflektif yang tidak dapat dilepaskan dari kemampuan
berfikir reflektif, dikembangkan berdasarkan konsep awal dari Dewey yang telah
diperluas dan diaplikasikan oleh beberapa praktisi di bidang pendidikan guru.
Kemampuan berpikir
reflektif terdiri dari kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif sama
seperti kemampuan berpikir lainnya.
a. Berpikir
Kritis
Krulik dan Rudnick (NCTM, 1999) mengemukakan bahwa yang termasuk
berpikir kritis adalah berpikir yang menguji, mempertanyakan,
menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam suatu situasi
ataupun suatu masalah. Sebagai contoh, ketika seseorang sedang membaca suatu
naskah ataupun
mendengarkan suatu ungkapan atau penjelasan ia akan berusaha memahami dan coba
menemukan atau mendeteksi adanya hal-hal yang istimewa dan yang perlu ataupun
yang penting. Demikian juga dari suatu data ataupun informasi ia akan dapat
membuat kesimpulan yang tepat dan benar sekaligus melihat adanya kontradiksi
ataupun ada tidaknya konsistensi atau kejanggalan dalam informasi itu. Jadi
dalam berpikir kritis itu orang menganalisis dan merefleksikan hasil
berpikirnya.Tentu diperlukan adanya suatu observasi yang jelas serta aktifitas
eksplorasi, dan inkuiri agar terkumpul informasi yang akurat yang membuatnya
mudah melihat ada atau tidak ada suatu keteraturan ataupun sesuatu yang mencolok.
Menurut Ennis (1996), berpikir kritis sesungguhnya adalah suatu
proses berpikir yang terjadi pada seseorang serta bertujuan untuk membuat
keputusan-keputusan yang masuk akal mengenai sesuatu yang dapat ia yakini
kebenarannya serta yang akan dilakukan nanti. Seseorang pada suatu saat
tertentu akan selalu harus membuat keputusan, oleh karena itu kemampuan
berpikir kritis harus dikembangkan, terutama ketika dalam membuat keputusan itu
ia sedang berhadapan dengan suatu situasi kritis, terdesak oleh waktu serta apa
yang dihadapi itu tidaklah begitu jelas dan rumit. Hal ini biasanya terjadi
jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan keputusan yang mungkin, dan dia
harus memilih manakah yang terbaik dari sekian pilihan tersebut. Demikian juga
dalam hal berpikir kritis, keputusan yang akan diambil itu haruslah didasarkan
pada informasi yang akurat serta pemahaman yang jelas terhadap situasi yang
dihadapi. Sebab, jika keputusan itu tidak didasarkan pada informasi serta
asumsi yang benar, maka kesimpulan itu tidak memiliki dasar yang benar. Ada
enam unsur dasar yang perlu dipertimbangkan dalam berpikir kritis (Ennis,
1996), disingkat FRISCO, yaitu: fokus , alasan, kesimpulan, situasi, kejelasan
dan pemeriksaan secara keseluruhan. Jika keseluruhan unsur ini telah
dipertimbangkan secara matang maka orang dapat membuat keputusan yang
tepat.
Proses berpikir refleksi ini pernah diperkenalkan oleh John
Dewey. Ia mengemukakan proses berpikir tersebut melalui langkah-langkah,
berikut ini:
1. The
felt need, yaitu suatu kebutuhan
2. The
problem, yaitu menetapkan masalah
3. The
hyphothesis, yaitu menyusun hipotesis
4. Collection
of data as avidance, yaitu merekam data untuk pembuktian
5. Concluding
belief, yaitu membuat kesimpulan yang diyakini kebenarannya
6. General
value the conclusion, yaitu memformulasikan kesimpulan secara umum
John Dewey dalam menerapkan konsep pragmatisme secara eksperimental dalam memecahkan masalah dengan 5 langkah utama yaitu:
1. Adanya
suatu kesulitan yang dirasakan.
Kesulitan mungkin
dirasakan dengan adanya kepastian yang memadai, sehingga hal ini menyebabkan
akal budi memikirkan pemecahannya yang mungkin atau menimbulkan kegelisahan
atau kejutan yang tidak jelas sehingga baru kemudian mencetuskan upaya yang
pasti untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Pada langkah ini mempunyai
pengalaman langsung dari keterlibatannya artinya dalam tahap ini,
merasakan adanya permasalahan setelah mengalami langsung .
2. Menentukan
letak dan batas kesulitan
Langkah ini menuntun untuk berfikir kritis yang terkendali dan
pemikiran yang tidak terkendali. Berdasarkan pengalaman pada langkah pertama
tersebut mempunyai masalah khusus yang
merangsang pikirannya, dalam langkah ini mencermati permasalahan dan timbul
upaya mempertajam masalah sampai pada menentukan faktor-faktor yang diduga
menyebabkan timbulnya masalah.
3. Saran
pemecahan yang mungkin
Mencari informasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut, dalam langkah ini memikirkan dan merumuskan penyelesaian
masalah dengan mengumpulkan data-data pendukung.
4. Pengembangan
melalui penalaran dari langkah ketiga
Pada langkah
ini mengembangkan berbagai kemungkinan dan solusi tentatif untuk memecahkan
masalah, berusaha untuk mengadakan penyelesaian masalah dengan memunculkan
hipotesis penyelesaian masalah
5. Melakukan
pengamatan dan percobaan lebih lanjut
Pada langkah kelima
mengarahkan pada penerimaan atau penolakan kesimpulan mengenai keyakinan atau
kesangsian. Artinya menguji kemungkinan
dengan jalan menerapkannya untuk memecahkan masalah sehingga menemukan sendiri keabsahan temuannya, mencoba menyelesaikan permasalahan dengan
menguji hipotesis yang sudah disusunnya dan kemudian menarik kesimpulan.
Menguji hipotesis dilakukan dengan eksperimen, pengujian dan perekaman data di
lapangan. Data-data dihubungkan satu dengan yang lain agar nantinya ditemukan
keterkaitan antar data tersebut dengan melakukan analisis. Berdasarkan analisis
data tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis
(Yusufhadi, 2005 :129).
Dari langkah di atas, Dewey berusaha menyusun suatu teori yang logis dan tepat berdasarkan konsep, pertimbangan, penyimpulan dalam bentuknya yang beraneka ragam, dalam arti alternatif. Menurutnya apa yang dikatakan benar adalah apa yang pada akhirnya disetujui oleh semua orang yang menyelidikinya. Jadi menurut Dewey, kesimpulan penelitian yang dihasilkan haruslah berlaku secara umum tidak hanya untuk kasus tertentu saja.
Kegiatan berpikir timbul karena adanya
gangguan terhadap situasi yang menimbulkan masalah bagi manusia (langkah 1,2)
untuk memecahkannya disusun hipotesis sebagai bimbingan bagi tindakan
berikutnya. Dewey menegaskan bahwa berpikir ilmiah merupakan alat untuk
memecahkan masalah, yang kemudian disebut metode ilmiah.Metode ilmiah tersebut
oleh Dewey disebut dengan reflective thinking. Langkah-langkah
metode ilmiah menurut Nana (2007) adalah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi masalah
2.
Merumuskan dan membatasi masalah
3.
Menyusun hipotesis
4.
Mengumpulkan dan menganalisis data
5.
Menguji hipotesis dan menarik kesimpulan
Hubungan antara
Filasafat Ilmu dengan Berpikir Reflektif
Menurut Endang Komara (2010) dalam Endang Komara’s Blog
menyatakan bahwa hubungan antara filsafat ilmu dengan metode penelitian yang
didalamnya terdapat urutan berpikir reflektif adalah filsafat ilmu
menjelaskan tentang duduk perkara ilmu atau science itu, apa yang menjadi
landasan asumsinya, bagaimana logikanya (doktrin netralistik etik), apa
hasil-hasil empirik yang dicapainya, serta batas-batas kemampuannya. Sedangkan
Metodologi penelitian menjelaskan tentang upaya pengembangan ilmu berdasarkan
tradisi-tradisinya, yang terdiri dari dua bagian, yaitu deduktif maupun
induktif.Demikian pula tentang hasil-hasil yang dicapai, yang disebut
pengetahuan atau knowledge, baik yang bersifat deskriptif (kualitatif dan
kuantitatif) maupun yang bersifat hubungan (proporsi tingkat rendah, proporsi
tingkat tinggi, dan hukum-hukum).
Filsafat ilmu maupun metodologi penelitian bersifat mengisi dan
memperluas cakrawala kognitif tentang apa yang disebut ilmu, yang diharapkan
akan menimbulkan pengertian untuk berdisiplin dalam berkarya ilmiah, sekaligus
meningkatkan motivasi sebagai ilmuwan untuk melaksanakan tugas secara
sungguh-sungguh.
Filsafat Ilmu menurut Beerling (1988:1-4) adalah penyelidikan
tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh
pengetahuan.Filsafat ilmua erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau
epistemologi, yang secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk
pengalaman manusia, juga mengenai logika dan metodologi.
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis
dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk
mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis. Garis besar
langkah-langkah sistematis keilmuan menurut Soetriono dan SRDm Rita Hanafie
(2007:157) sebagai berikut:
1. Mencari,
merumuskan, dan mengidentifikasi masalah.
2. Menyusun
kerangka pemikiran (logical construct).
3. Merumuskan
hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah)
4. Menguji
hipotesis secara empirik.
5. Melakukan
pembahasan.
6. Menarik
kesimpulan.
Tiga langkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan
langkah-langkah selanjutnya bersifat teknis penelitian.Dengan demikian maka
pelaksanaan penelitian menyangkut dua hal, yaitu hal metode dan hal teknis
penelitian.Namun secara implisit metode dan teknik melarut di dalamnya.
1.
Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah, yaitu
menetapkan masalah penelitian, apa yang dijadikan masalah penelitian dan apa
obyeknya. Menyatakan obyek penelitian saja masih belum spesifik, baru
menyatakan pada ruang lingkup mana penelitian akan bergerak. Sedangkan
mengidentifikasi atau menyatakan masalah yang spesifik dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan penelitian (research question), yaitu pertanyaan yang
belum dapat memberikan penjelasan (explanation) yang memuaskan berdasarkan
teori (hukum atau dalil) yang ada. Misalnya menurut teori dinyatakan bahwa
tidak semua orang akan bersedia menerima suatu inovasi, sebab ada golongan
penolak inovasi (laggard). Tetapi pada kenyataannya (faktual) terdapat inovasi
yang mudah diterima sehingga tidak mungkin ada golongan yang menolaknya
(laggard).Oleh karena itu pertanyaan penelitiannya dapat diidentifikasikan pada
situasi mana atau pada kondisi mana tidak ada golongan laggard.Dengan
mengidentifikasi situasi atau kondisi yang memungkinkan atau tidak memungkinkan
secara lebih lanjut berarti telah merumuskan masalah penelitian.
Cara yang paling sederhana untuk menemukan pertanyaan penelitian (research question) adalah melalui data sekunder. Wujudnya berupa beberapa kemungkinan misalnya:
· Melihat suatu proses
dari perwujudan teori.
· Melihat linkage dari
proposisi suatu teori, kemudian bermaksud memperbaikinya.
· Merisaukan keberlakuan
suatu dalil atau model di tempat tertentu atau pada waktu tertentu.
· Melihat tingkat
informative value dari teori yang telah ada. Kemudian bermaksud
meningkatkannya.
· Segala sesuatu yang
tidak dapat dijelaskan dengan teori yang telah ada atau belum dapat dijelaskan
secara sempurna.
2.
Menyusun kerangka pemikiran yaitu mengalirkan jalan pikiran
menurut kerangka yang logis atau menurut logical construct. Hal ini tidak lain
dari menduduk perkarakan masalah yang diteliti (diidentifikasi) dalam kerangka
teoretis yang relevan dan mampu menangkap, menerangkan, serta menunjukkan
perspektif terhadap masalah itu. Upaya ditujukan untuk menjawab atau
menerangkan pertanyaan peneltian yang diidentifikasi.
Cara berpikir (nalar) kearah
memperoleh jawaban terhadap masalah yang diidentifikasi ialah dengan penalaran
deduktif. Cara penalaran deduktif ialah cara penalaran yang berangkat dari hal
yang umum (general) kepada hal-hal yang khusus (spesifik). Hal-hal yang umum
ilah teori/dalil/hukum, sedangkan hal yang bersifat khusus (spesifik) tida lain
adalah masalah yang diidentifikasi.
3.
Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh
dari penyusunan kerangka pemikiran, berupa proposisi deduksi.Merumuskan berarti
membentuk proposisi yang sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan serta tingkat-tingkat
kebenarannya.Bentuk-bentuk proposisi menurut tingkat keeratan hubungannya
(linkage) serta nilai-nilai informasinya (informative value).Jika dikaji
kembali kalimat-kalimat proposisi, baik berupa teori maupun hipotesis, ternyata
kalimat-kalimat itu mengandung juga komponen, yaitu komponen antiseden,
konsekuen, dan depedensi.
4.
Menguji hipotesis ialah membandingkan atau menyesuaikan
(matching) segala yang terkandung dalam hipotesis dengan data empirik.
Pembandingan atau penyesuaian itu pada umumnya didasarkan pada pemikiran yang
beranggapan bahwa di alam ini suatu peristiwa mungkin tidak terjadi secara
tersendiri. Dengan kata lain, suatu sebab mungkin akan menimbulkan beberapa
akibat, atau mungkin pula suatu akibat ditimbulkan oleh beberapa penyebab.
Pengujian hipotesis dalam penelitian mutakhir mempergunakan metode matematika/statistika, dengan mempergunakan rancangan uji hipotesis yang telah tersedia. Dengan kata lain, peneliti tinggal memilih rancangan uji mana yang tepat dengan hipotesisnya. Meskipun demikian jika peneliti tidak memahami sifat-sifat data/informasi (variabel) yang akan diukur maka akan sulit baginya untuk memilih rancangan uji statistik.
Pengujian hipotesis dalam penelitian mutakhir mempergunakan metode matematika/statistika, dengan mempergunakan rancangan uji hipotesis yang telah tersedia. Dengan kata lain, peneliti tinggal memilih rancangan uji mana yang tepat dengan hipotesisnya. Meskipun demikian jika peneliti tidak memahami sifat-sifat data/informasi (variabel) yang akan diukur maka akan sulit baginya untuk memilih rancangan uji statistik.
5.
Membahas dan menarik kesimpulan. Dalam membahas sudah termasuk
pekerjaan interpretasi terhadap hal-hal yang ditemukan dalam penelitian.Dalam
interpretasi, pikiran kita diarahkan pada dua titik pandang.Pertama, kerangka
pemikiran yang telah disusun, bahkan ini harus merupakan frame of work
pembahasan penelitian. Kedua, pandangan diarahkan ke depan, yaitu mengaitkan
kepada variabel-variabel dari topic aktual. Pembahasan tidak lain adalah
mencocokkan deduksi dalam kerangka pemikiran dengan induksi dari empiric (hasil
pengujian hipotesis), atau pula kepada induksi yang diperoleh orang lain (hasil
penelitian orang lain) yang relevan. Bagaimana hasil dari mencocokkan ini,
apakah cocok (parallel atau analog), atau sebaliknya (bertentangan atau
kontradiktif). Apabila ternyata bertentangan atau tidak cocok maka perlu
dilacak di mana letak perbedaan atau pertentangan itu dan apa kemungkinan
penyebabnya.
6.
Hasil pembahasan tidak lain ialah kesimpulan. Kesimpulan
penelitian adalah penemuan-penemuan dari hasil interpretasi dan
pembahasan.Penemuan dari interpretasi dan pembahasan harus merupakan jawaban
terhadap pertanyaan penelitian sebagai masalah, atau sebagai bukti dari
penerimaan terhadap hipotesis yang diajukan. Pernyataan-pernyataan dalam
kesimpulan dirumuskan dalam kalimat yang tegas dan padat, tersusun dari
kata-kata yng baik dan pasti, sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
tafsiran yang berbeda (apa yang dimaksud oleh peneliti harus ditafsirkan sama
oleh orang lian). Pernyataan tersusun sesuai dengan identifikasi masalah tahu
dengan susunan hipotesisnya.
Manfaat Berpikir
Reflektif dalam Filsafat Ilmu
Manusia berfikir karena sedang menghadapi masalah, masalah
inilah yang menyebabkan manusia memusatkan perhatian dan tenggelam dalam
berpikir untuk dapat menjawab dan mengatasi masalah tersebut, dari masalah yang
paling sumir/ringan hingga masalah yang sangat "Sophisticated"/sangat
muskil.
Kegiatan berpikir manusia pada dasarnya merupakan serangkaian
gerak pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang
berupa pengetahuan (knowledge).
Berpikir reflektif dalam filsafat ilmu bermanfaat dalam:
1.
Menemukan pertanyaan penelitian (research question) melalui data
sekunder.
2.
Melihat suatu proses dari perwujudan teori
3.
Melihat linkage dari proposisi suatu teori, kemudian bermaksud
memperbaikinya tertentu.
4.
Melihat tingkat informative value dari teori yang telah ada.
Kemudian bermaksud meningkatkannya.
5.
Menjelaskan segala sesuatu yang tidak dapat dijelaskan
dengan teori yang telah ada atau belum dapat dijelaskan secara sempurna.
6.
Menyusun kerangka pemikiran yaitu mengalirkan jalan pikiran
menurut kerangka yang logis atau menurut logical construct. Hal ini tidak lain
dari mendudukperkarakan masalah yang diteliti (diidentifikasi) dalam kerangka
teoretis yang relevan dan mampu menangkap, menerangkan, serta menunjukkan
perspektif terhadap masalah itu. Upaya ditujukan untuk menjawab atau
menerangkan pertanyaan peneltian yang diidentifikasi.
Kesimpulan
1. Berpikir reflektif adalah merupakan bagian dari
metode penelitan yang dikemukakan oleh John Dewey yaitu suatu proses berpikir
aktif, hati-hati, yang dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan-kesimpulan
yang definitif melalui lima langkah yaitu :
a. Menyusun kerangka
pemikiran (logical construct)
b. Merumuskan hipotesis
(jawaban rasional terhadap masalah).
c. Menguji hipotesis
secara empirik.
d. Melakukan pembahasan.
e. Menarik
kesimpulan.
2. Hubungan antara Filsafat Ilmu dengan berpikir
kreatif adalah hubungan antara filsafat ilmu dengan metode penelitian yang
didalamnya terdapat urutan berpikir reflektif adalah filsafat ilmu
menjelaskan tentang duduk perkara ilmu atau science itu, apa yang menjadi
landasan asumsinya, bagaimana logikanya (doktrin netralistik etik), apa hasil-hasil
empirik yang dicapainya, serta batas-batas kemampuannya. Sedangkan Metodologi
penelitian menjelaskan tentang upaya pengembangan ilmu berdasarkan
tradisi-tradisinya, yang terdiri dari dua bagian, yaitu deduktif maupun
induktif yang didalamnya terdiri dari menyusun kerangka pemikiran
(logical construct), Merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah),
Menguji hipotesis secara empirik, Melakukan pembahasan Menarik kesimpulan.
Daftar Pustaka
Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al-Ghazali:
Dimensi Ontologi dan Aksiologi. Bandung: Pustaka Setia.
Beerling. 1988. Filsafat Dewasa Ini. Terj. Hasan Amin. Jakarta: Balai Pustaka.Kattsof,
Louis. 1987. Element of Pholosophy.
Terj.Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Endang_komara’s blog
Suriasumantri, Jujun S. 1986. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Soetriono dan SRDm Rita Hanafie.2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar