untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan memang tidak semudah membalikan telapak tangan, apa lagi untuk membuat lembaga pendidikan yang unggul. berikut ini contoh sekolah unggul yang dapat anda lihat di vidio di bawah ini
blog pendidikan ini bertujuan untuk menyegarkan hasanah keilmuan para penikmat dan pembaca dunia maya. pendidikan cinta merupakan blog yang membahas materi materi kuliah serta isu isu ter update mulai dari pendidikan, agama, sosial dan cerpen ataupun kata kata yang bersipat positif
Senin, 30 Oktober 2017
Jumat, 13 Oktober 2017
HADIS TARBAWI LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN
BAB
I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendidikan bagi umat
manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa
pendidkan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang
sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep
pandangan hidup mereka.
Salah satu naluri manusia
yang terbentuk dalam jiwanya secara individual adalah kemampuan dasar yang
disebut para ahli psikologi sosial sebagai instink gregorius (naluri untuk
hidup berkelompok) atau hidup bermasyarakat. Dan dengan naluri ini, tiap
manusia secara individual ditinjau dari segi antropologi sosial disebuthomo
socius artinya makhluk yang bermasyarakat, saling tolong menolong
dalam rangka mengembangkan kehidupannya di segala bidang.
Untuk memajukan kehidupan
mereka itulah, maka pendidkan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara
sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoretikal dan
praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu
sendiri. Manusia itu adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih
kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahirian maupun
batiniah, duniawi dan ukhrowi. Namun cita-cita demikian tak mungkin dicapai
jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya
seoptimal mungkin melalui proses kependidikan, karena proses kependidikan
adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk
mencapai tujuan atau cita-cita tersebut
B. Rumusan Masalah
Dari
uraian di atas dapat kita ambil permasalahan-permasalahan yang perlu dan
penting untuk dibahas dalam ruang lingkup mata kuliah “Hadits Tarbawi” dalam
bab yang berjudul “Hadits tentang Perencanaan Pendidikan”
antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
hadis yang menjadi landasan pendidikan islam?
2. Bagaimanakah
hadis legalitas pendidikan islam?
3. Bagaimanakah hadis tujuan, tujuan pendidikan
islam?
C.
Tujuan
Berdasarkan
latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka kami memiliki tujuan sebagai
berikut
1. Untuk
mengetahui Bagaimanakah hadis yang menjadi landasan pendidikan islam?
2. Untuk mengetahui hadis yang menjadi legalitas pendidikan islam?
3. Untuk mengetahui hadis tujuan, tujuan
pendidikan islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Landasan pendidikan
islam
Istilah
pendidikan dalam bahasa Inggris adalah education, berasal dari
kata to educateyang berarti mengasuh atau mendidik. Makna education adalah
kumpulan semua proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan,
sikap dan tingkah laku yang bernilai positif di masyarakat. Sedangkan dalam
Islam, proses pendidikan merupakan perjalanan yang tak pernah henti sepanjang
hidup manusia dan merupakan hal yang sangat signifikan dalam kehidupan manusia, Pendidikan
merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata “pendidikan” dan “agama”.
Dalam
kamus umum Bahasa Indonesia, Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti
“proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan [1] .
Sedangkan kata mendidik itu sendiri adalah memelihara dan memberi latihan
(ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan fikiran.
Dari
pendapat diatas pendidikan ialah “Bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh
orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya baik jasmani maupuun rohani
agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakatnya)”. Sementara itu, pengertian
Agama dalam kamus besar Bahasa Indonesia yaitu : “kepercayaan kepada Tuhan
dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan itu).Tentunya dalam perjalanan itu kita membutuhkan suatu landasan
dalam pendidikan Islam.
Landasan
Pendidikan Islam ialah dasar untuk membentuk pribadi seseorang agar bertakwa
kepada Allah SWT, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya, menghormati dan menyayangi orang tua dan sesamanya serta
mencintai tanah air sebagai karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT. Pengertian
pendidikan Agama Islam sebagaimana yang diungkapkan Sahilun A. Nasir, yaitu
“Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dalam membimbing
anak didik yang beragama Islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran
Ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, dan diamalkan
menjadi pedoman.
Pendidikan
Islam yang dikembangkan di Indonesia sendiri berpatok pada beberapa
landasan,yaitu :
1.
Landasan Filosofis
Landasan
filosofis pendidikan Islam adalah asumsi filsafat yang menjadi titik tolak
dalam pendidikan Islam. Landasan filosofis berkenaan dengan tujuan filosofis
praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian yang dapat
dilakukan untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah menggunakan
pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi,
epistimologi, dan aksiologi. Landasan filosofis pendidikan Islam memberikan
rambi-rambu yang seharusnya dilaksanakan dalam pendidikan Islam. Filosofis
pendidikan Islam merupakan kerangka landasan yang sangat fundamental bagi
sistem pendidikan dan para pendidik. Ilmu pendidikan Islam hakikatnya bersumber
dari filosofi tentang Tuhan dan hal tersebut dapat melatih perasaan para siswa
dengan berbagai cara sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan
pendekatan terhadap seala jenis pendidikan, mereka dipengaruhi oleh nilai
spiritural dan sadar akan nilai etisreligiusitasnya.
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi, “Pendidikan mengantarkan manusia
pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada tuntunan Allah”.
2.
Landasan Yuridis
Landasan
yuridis adalahseperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi
titik tolak system pendidikan. Pendidikan
harus dilandasi dengan dasar yuridis untuk sanksi. Dalam UUD ’45 pasal 31 ayat
5 dijelaskan bahwa “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Ada beberapa jenis landasan
yuridis, yaitu, landasan yuridis pelaksanaan pendidikan global, landasan
yuridis pelaksanaan pendidikan nasional, landasan yuridis pelaksanaan
pendidikan daerah dan landasan yuridis pelaksanaan pendidikan lokal.
3. Landasan Ilmiah
Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai ikatan yang
sangat erat. Setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh
pendidikan, yaitu dengan segera memasukan perkembangan iptek itu ke dalam isi
bahan ajaran. Kemampuan dan sikap ilmiah sedini mungkin harus dikembangkan
dalam diri peserta didik. Pembentukan keterampilan dan sikap ilmiah sedini
mungkin tersebut secara serentak akan meletakan dasar terbentuknya masyarakat
yang sadar akan iptek dan calon-calon pakar iptek di kemudian hari.
Kita
ketahui bersama bahwa salah satu landasan pendidikan islam adalah hadis atau
ashunah. hadis hadis yang menjadi landasan pendidikan islam adalah sebagai berikut
عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ يُمَجِّسَنِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى
وَمُسْلِمْ )
Dari Abu Hurairah R.A, Ia
berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci,
ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori
dan Muslim)
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبِّ
نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ
الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ مَعَ اَنْبِيَائِهِ
وَاَصْفِيَائِهِ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
Dari Ali R.A ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara
yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena
sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah
lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para
Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)
B. Legalitas dan Tujuan Pendidikan islam
Pengertian Asas Legalitas adalah merupakan
suatu jaminan dasar bagi kebebasan individu dengan memberi batas aktivitas apa
yang dilarang secara tepat dan jelas. Asas ini juga melindungi dari
penyalahgunaan wewenang hakim, menjamin keamanan individu dengan informasi yang
boleh dan dilarang.
Pengertian Asas legalitas (the principle of
legality) yaitu asas yang menentukan setiap tindak pidana harus diatur terlebih
dahulu oleh suatu aturan undang-undang atau setidak-tidaknya oleh suatu aturan
hukum yang telah ada atau berlaku sebelum orang itu melakukan perbuatan. Setiap
orang yang melakukan tindak pidana harus dapat mempertanggungjawabkan secara
hukum perbuatannya itu.
قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:كُنْ عَالِمًا اَوْ مُتَعَلِّمًا
اَوْ مُسْتَمِعًا اَوْ مُحِبًا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتُهْلِكَ (رَوَاهُ الْبَيْهَقِ )
Telah bersabda Rasulullah
SAW :”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau
orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah engkau
menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (H.R Baehaqi)
مَنْ اَرَادَ
الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ الْأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ
بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمِا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (رَوَاهُ
الْبُخَارِى وَمُسْلِمٌ )
“Barangsiapa yang
menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barangsipa yang menghendaki
kebaikan di akhirat maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki
keduanya maka dengan ilmu” (HR. Bukhori dan Muslim)
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : الْعَالِمُ يَنْتَفِعُ بِعِلْمِهِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ عَابِدٍ (رَوَاهُ
الدَّيْلَمِ )
Dari Ali R.A ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu kemudian dia memanfaatkan
ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang
beribadah atau ahli ibadah. (H.R Ad-Dailami)
عَنْ اِبْنُ عَبَّاسِ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ وَ
اِنَّمَا الْعِلْمُ بِاالتَّعَلُّمِ ...... (رَوَاهُ الْبُخَارِىْ)
Dari Ibnu Abbas R.A Ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang dikehendaki Allah
menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan sesungguhnya ilmu
itu dengan belajar” (HR. Bukhori)
قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا يَتْبَغِ لِلْجَاهِلِ اَنْ
يَسْكُنَ عَلَى جَهْلِهِ وَلَا لِلْعَالِمِ اَنْ يَسْكُنَ عَلَى عِلْمِهِ (رَوَاُه
الطَّبْرَانِىُّ)
Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan kebodohannya dan tidak
pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya” (H.R Ath-Thabrani)
عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ
عُمَرَو بْنُ الْعَاصِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعَالِمُ إِنْتِزَاعًا يَنْزِعُهُ مِنَ
النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعُلَمَاءُ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرَكْ عَالِمًا
إِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جَهْلًا فَسْئَلُوْا فَافْتُوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ
فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا (اَخْرَجَهُ الْبُخَارِىْ)
Dari Abdullah bin Amr bin
Ash berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu
dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara
mengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka
orang-orang menjadikan pemimpin mereka orang-orang yang bodoh, lalu mereka
ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, jadilah mereka sesat dan
menyesatkan. (HR. Bukhori (
تَعَلَّمُوْا مِنَ
الْعِلْمِ مَا شِئْتُمْ فَوَاللهِ لَا تُؤْتِ جَزَاءً بِجَمْعِ الْعِلْمِ حَتَّى
تَعَمَّلُوْا (رَوَاهُ اَبُوْ الْحَسَنْ)
“Belajarlah kalian semua
atas ilmu yang kalian inginkan, maka demi Allah tidak akan diberikan pahala
kalian sebab mengumpulkan ilmu sehingga kamu mengamalkannya. (HR. Abu Hasan)
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : اُطْلُبُ الْعِلُمَ وَلَوْ بِاالصِّيْنِ فَاِنَّ طَلَبَ الْعِلْمَ
فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ اِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ
اَجْنِحَتِهَا لِطَالِبٍ رِضَاعًا بِمَا يَطْلُبُ ( رَوَاهُ اِبْنِ عَبْدِ
الْبَرِّ )
Dari Ibnu Abbas R.A Ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Carilah ilmu sekalipun di negeri Cina,
karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan
perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat menaungkan sayapnya kepada orang yang
menuntut ilmu karena ridho terhadap amal perbuatannya. (H.R Ibnu Abdul Barr)
وَعَنْ اَبِيْ
دَرْدَاءَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَبْتَغِيْ فِيْهِ
عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ اِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ
اَجْنِحَتَهَا لِطَالِبٍ رِضَاعًا بِمَا صَنَعَ وَاَنَّ الْعَالِمُ لِيَسْتَغْفِرْ
لَهُ مَنْ فِيْ السَمَاوَتِ وَمَنْ فِيْ الْعَرْضِ حَتَّى الحَيْتَانِ فِيْ
الْمَاءِ , وَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعِبَادِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى
سَائِرِ الْكَوَاكِبِ , وَ اَنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ لَمْ
يَرِثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا , إِنَّمَا وَرِثُوْالْعِلْمَ , فَمَنْ
أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍ وَ اَفِرٍ (رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ وَ الْتِّرْمِذِيْ)
Dari Abu Darda’ R.A,
beliau berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang
menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka Allah memudahkan baginya jalan
menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya bagi penuntut
ilmu yang ridho terhadap apa yang ia kerjakan, dan sesungguhnya orang yang alim
dimintakan ampunan oleh orang-orang yang ada di langit dan orang-orang yang ada
di bumi hingga ikan-ikan yang ada di air, dan keutamaan yang alim atas orang
yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang, dan sesungguhnya
ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan
dinar dan tidak mewariskan dirham, melainkan mewariskan ilmu, maka barang siapa
yang mengabilnya maka hendaklah ia mengambil dengan bagian yang sempurna. (H.R
Abu Daud dan Tirmidzi)
عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ
عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : بَلِّغُوْا عَنِّى وَلَوْ اَيَةً وَحَدِّثُوْاعَنْ
بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ وَلَا خَرَجَ : وَمَنْ كَذَّبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّاءْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ(رَوَاهُ الْبُخَارِى)
Dari Abdullah bin Umar
R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Sampaikanlah dariku walaupun satu
ayat, dan ceritakanlah apa yang datang dari bani Israil dan tidak ada dosa, dan
barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempat
duduknya di dalam neraka”. (HR. Bukhori)
C. Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum
pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut
Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada
Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam
adalah Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa
pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
`Untuk mengetahui tujuan pendidikan islam
secara jelas, kita dapat merujuk pada hadis hadis di bawah ini
Tujuan pendidikan
hendaknya hanya untuk menjadi orang yang berilmu, pembelajar, pendengar, dan
pecinta ilmu. Jangan pernah mencapai tujuan yang sifatnya hanya sementara ,
jabatan, pangkat, dan kekayaan. Hal ini diisyaratkan dalam hadis-hadis berikut:
قَالَ النَّبِيُّ صلى
الله عليه وسلم: كُنْ عَالِمًا اَو مُتَعَلِّمًا اَو مُسْتَمِعًا اَو مُحِبًّا
وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتُهْلِكَ (رواه البيهقي)
Artinya : rasulullah
saw bersabda “ jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang
belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan
janganlah engkau menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka,”.
(HR.Baihaqi) [6]
Penjelasan
Hadist diatas menjadi
landasan pendidikan. Hadist …. كُنْ عَالِمًا (jadilah
ahli ilmu ) memerintahkan untuk memilih jalan ilmu, pencari ilmu, menjadi
pendengar dan pecinta ilmu, dan dilarang menjadi orang kelima karena akan
menjadi penyebab kehancuran. [7]
Hadist tersebut
mengajak kita untuk menjadi orang yang berilmu, atau orang yang mencari ilmu,
atau pendengar ilmu, atau pecinta ilmu. Itulah hakikat tujuan dari pendidikan,
yakni memiliki ilmu, bukan tujuan lain, maksudnya jangan jadi selain dari yang
empat tersebut seperti pemalas, pemenci ilmu, perusak ilmu, dan lain
sebagainya. Terlebih jika tujuan pendidikan diorientasikan untuk memperoleh
kekayaan duniawi.
Banyak juga orang yang
berfikir bahwa kekayaan dan jabatan adalah sumber kebahagiaan ada dihati, dan kebahagiaan
dihati adalah ketenangan dalam berdzikir kepada allah swt. Ala bidzikrillahi
tathmainnul qulub’ (ingatlah hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi
tenang).
Dengan demikian,
kebahagiaan menjadi tujuan dalam pendidikan, namun tujuan tersebut tidak hanya
didunia tetapi juga kebahagiaan di akhirat. Untuk memperoleh kebahagiaan ini
kuncinya adalah ilmu. Hal ini sebagaimana yang
disabdakan olehRasulullah saw:
مَنْ اَرَادَ
الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ الْاَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (رواه البخارى و مسلم)
Barangsiapa
yang menghendaki kebaikan didunia maka dengan ilmu, barangsiapa yang
menghendaki kebahagiaan di akhirat maka dengan ilmu, barangsiapa yang
menghendaki keduanya maka dengan ilmu. (HR.Bukhori-muslim).[8]
Selain
kebahagiaan didunia yang diperoleh melalui ilmu, maka tujuan pendidikan akan
tercapai jika semuanya melalui proses belajar seperti sabda Rasulullah saw
berikut ini :
عَن ابْنُ عَبَّاس
رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ يُرِدِ
الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ وَاِنَّمَا الْعِلْمِ بِالتَّعَلُّمِ
...(رواه البخارى)
Dari
Ibnu Abbas ra. Ia berkata Rasulullah saw bersabda “ barangsiapa yang
dikehendaki allah menjadi baik, maka dia akan dipahamkan dalam hal agama. Dan
sesungguhnya ilmu itu diperoleh melalui belajar “ (HR. Bukhori)[9]
BAIII
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
pembahan di bab sebelumnya, maka kami menyimpulkan bahwa yang menjadi landanan
sekaligus legalitas pendidikan islam adalah al qur an dan hadis atau ashunah
yang menjadi nilai utama dan acuan utama dalam pendidikan islam serta menjadi
pijakan dalam proses perencanaan penyelenggaraan pendidikan islam baik secara
yuridis filosofis maupun landasan ilmiah.
landasan dan legalitas pendidikan islam
baik secara tersurat maupun secara tersiat dapat dilihat dari teks teks
ayat al qur an dan hadis. Selain dari itu, tujuan pendidikan islam secara umum
adalah untuk mengembangkan seluruh potensi umat manusia baik potensi jasadiah, potensi fikriyah
maupun potensi ruhiyah agar menjadi insan kamil dan menjadi manusia yang
bertakwa kepada allah dan rasulnya
Daftar Fustaka
Hasan, Basri. (2003) Landasan
Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia ,
Husein, Machmud.( 1996).
Filsafat Pendidikan Islam. RajaGravindo Persada,
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/08/pengertian-asas-legalitas-dan-tujuannya.html
Senin, 02 Oktober 2017
Pengembangan Budaya Organisasi
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.
Pengembangan
dan Perubahan Organisasi
a.
Pengembangan
Organisasi
Menurut
Winardi (2014;205) dalam
artinya yang paling umum, pengembangan organisasi merupakan upaya untuk
memperbaiki efektivitas menyeluruh suatu organisasi. Pengembangan organisasi merupakan upaya
jangka panjang guna memperbaiki proses proses pemecahan masalah dan pembaharuan
suatu organisasi, terutama melalui manajemen kultur organisasi yang lebih
efektif, serta lebih kolaboratif, terhadap tim tim kerja formal. hal tersebut
bisa dilakukan dengan seorang agen perubahan atau katalis, dan penggunaan teori
serta teknologi ilmu behavioral terpakai, termasuk yang didalamnya action research.
Apabila
kita ingin memahami dan melakukan pengembangan organisasi maka kita perlu
melakukan hal-hal
sebagai berikut;
1)
Upaya jangka panjang
Upaya jangka panjang mengingat bahwa seluruh organisasi
merupakan pusat perhatian bagi perubahan, maka perbaikan perbaikan tida mungkin
terjadi dalam satu mala. dalam kondisi tertentu, tidak mungkin menyelenggarakan
perubahan dalam jangka pendek. maka diperlukan hal_hal berikut
a)
Upaya
perubahan tersebut perlu di arahkan terhadap sebagian kecil organisasi yang
bersangkutan.
b)
Pengaruh
faktor eksternal harus demikian besar, hingga ia dapat mengatasi setiap
penolakan normal terhadap perusahaan. contoh dalam kondisi krsis moneter banyak
PHK terjadi, dan gaji dari sebagian karyawan diturunkan.
2)
Pemecahan
problem dan proses proses pembaharuan
Dengan
apa organisasi mengadaptasi diri dan memanfaatkan perubahan perubahan internal
dan eksternal, dapat berupa proses pemecahan masalah atau proses perubahan.
pada proses pemecahan masalah,keputusan-keputusan di ambil guna memecahkan
problem-problem sepesifik yang dihadapi oleh organisasi yang bersangkutan. pada
proses kedua jga di ambil keputusan-keputusan khusus. akan tetapi, titik berat
disini adalah pada tindakan menciptakan bauran tepatdari unsur unsur personil,
uang dan bahan-bahan untuk ketahanan organisasi yang bersangkutan. maka dapat
dikatakan bahwa proses-proses mebaharuan merupakan cara-cara dengan apa,
kehidupan di injeksi ke dalam organisasi yang bersangkutan.
3)
Manajemen kolaboratif
Sebaliknya jika dibandingkan dengan
setruktur manajemen tradisional, berupa perintah perintah dikeluarkan pada
tingkat-tingkat tinggi dan dilaksanakan oleh tingkat yang lebih rendah,
pengenmbangan organisasi menekankan usaha kerja sama kolaborasi) antar berbagai
tingkat sebelum mengambil keputusan. organisasi-organisasi di pandang dari
sudut kontek sistem yang mengakui adanya kualitas berganda, dan antar hubungan
antara subsiste-subsistem keorganisasian.
4)
Kultur organisasi
Kultur organisasi kencakup hal-hal
sebagai berikut; (a) Pola-pola
perilaku yang diterima dan dan di akui; (b) Norma-norma; (c) Sasaran keorganisasian; (d) Sistem-sistem nilai; dan (e) Teknologi yang digunakan
untuk memproduksi barang dan jasa.
Singkatnya, semua faktor yang memungkinkan kita untuk
mendiferensiasi organisasi yang satu dengan organisasi yang lain. kultur suatu
organisasi perlu dipahami oleh pihak manajemen dan bawahan sehingga dapat
dikembangkan pemecahan pemecahan yang konsisten dengan kultur tersebut.
b.
Perubahan
Organisasi
Organisasi
dapat diartikan dua macam yaitu (1) dalam arti statis,organisasi sebagai wadah
kerja sama sekelompok orang yang bekerja sama,untuk mencapai tujian
tertentu.(2) dalam arti dinamis, organisasi sebagai suatu sistem atau kegiatan
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Herbert G. hicks & G. Ray
gullet (1989:642) Perubahan memiliki suatu penempatan yang penting dalam
pengkajian kelangsungan hidup organisasi. Suatu
jenis perubahan yang benar memungkinkan suatu organisasi untuk memelihara
kelangsungan hidupnya dalam perubahan lingkungannya.
Perubahan
pada suatu organisasi yang memperbaikin penyesuaian dapat menjadikan beberapa golongan
perubahan sebagai berikut: (1) perubahan teknologis, termasuk produk baru dan proses baru; (2) perubahan struktural termasuk kebijaksanaan
baru atau prosedur; (3)
perubahan manusia termasuk cara-cara pengangkatan yang baru.Tidak ada diantara
ketiganya ini yang paling penting, anggapan
atau perhitungan apapun merupakan campuran keseluruhnya.
Tahap
pelaksanaan gagasan tentang penyesuaian tersebut menggambarkan masih seringnya
dapat dilihat dalam organisasi yang mengadakan perubahan-perubahan dalam
oprasinya setelah mengalami hasil-hasil yang tidak memuaskan. Dalam kasus yang ekstrim manajemen yang
lama dapat dihentikan dengan persetujuan para manajamen baru dengan gagasan
baru.Jelasnya, peremajaan lagi-lagi sering diperlukan. “Hanya kepahitan awal
yang dapat mencegah peruntuhan. Dan hal itu haruslah terjadi, jika kita memang mengharapkan untuk
bertahan selama mungkin, suatu kelangsungan yang mengulang-ulang pembaruan
untuk menghapuskan kekambuhan yang mendorong pada kematian.
Dalam beberapa kasus suatu organisasi sebenarnya dapat
mempengaruhi atau menguasai lingkungannya.Selanjutnya dapat mengendalikan
lingkungan tersebut secara sedemikian rupa untuk melestarikan wujudnya sendiri
untuk jangka waktu yang tidak terbatas,sungguhpun hal tersebut mungkin
merupakan sumbangan kecil kepada lingkungannya.Keadaan demikian dapat ditemukan
dalam pemerintahan yang sewenang-wenang dan daklam mempertahankan kepentingan
tetap dengan mengenguasai proses pengambilan keputusan.
Menurut Winardi (2014:191) secara umum dapat dikatakan
bahwa organisasi-organisasi yang gagal melaksanakan perubahan akan semakin
terpuruk restrukturisasi dan tindakan memPHK para karyawan akan dirasakan amat
berat bagi mereka yang mengalaminya. situasi dan kondisi moneter dewasa ini
memaksa sejumblah perusahaan dan organisasi-organisasi menutup usaha mereka. Mereka
yang masih bertahan pun terpaksa melaksanakan tindakan mengurangi karyawan
mereka yang di anggap tidak perlu.
Tidak mengherankan bahwa karyawan rata-rata dewasa ini sangat
cemas terjadinya perubahan-perubahan di tempat kerja mereka. Kondisi demikian
menandakan bahwa perekonomian Indonesia sudah mulai memasuki tahapan depresi,
dengan ciri-ciri stagflasi (inflasi yang diestimasi oleh pemerintah untuk tahun
budget 1998-1999 adalah sebesar20% dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesat 0%).
Oleh karena itu, dibutuhkan perubahan perubahan setrategis untuk mempertahankan
organisasi. Menurut winardi (2014:194) perubahan perubahan setrategis mengubah
bentuk umum atau arah organisasi yang bersangkutan. sebagai contoh dapat
dikatakan babhwa tindakan menambah poeg kerja malam (nighy shift) untuk
menghadapi permintaan yang tidak diduga
meniingkat terhadap produk peruhasaan, merupakan sebuah perubahan inrumental.
sebuah peruhasan pembangun rumah ke kompleks-kompleks apartemen bertingkat,
merupakan sebuah perubahan setrategis.
Dalam
model nedler_tushman tentang perubahan keorganisasian terdapat empat macam tipe
yaitu:
1)
Perubahan terus menerus
Perubahan
terus menerus ini merupakan tipe perubahan yang beresiko paling kecil, yang
bersifat paling kurang intens dan yang paling umum. nama nama lain untuknya
mencakup intilah pemeiharaanpreventif dan konsep jepang kaizen . (perbaikan perbaikan terus menerus
2)
Adaptasi (adaptations)
Adaptasi merupakan perubahan perubahan
ikrumental. akan tetapi kini perubahan perubahan yang terjadi perupa reaksi
terhadap problem problem eksternal, kejadian-kejadian, atau tekanan tekanan
yang dihadapi organisasi yang bersangkutan. sewaktu perusahaan mobil pord
mencapai sukses luarbiasa dengan gaya aerodinamiknya, maka perusahan general
motor dan Chrysler dengan cepat menirunya.
3)
Reorientasi
Tipe perubahan ini bersifat antisifatoris
dan skopnya adalah strategis. Nedler
dan Tushman yang di
kutip oleh
Winardi ()2014;195) menamakan reorientasi mengubah frame (frame banding) karena organisasi yang
bersangkutan secara signifikan diubah.
4)
Re-kreasi (rekreations)
Tekanan_tekanan
kompetitif normal menyebabkan timbulnya tipe perubahan keorganisasian demikian
yang bersifat lebih intens dan penuh resiko.
2.
Budaya
Organisasi
Menurut Syaiful Sagala (2013:111) Budaya adalah suatu
konsep yang membangkitkan minat dan berkenaan dengan cara manusia hidup,
belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut
budayanya.
Budaya dalam hal ini merupakan tingkah laku dan gejala
sosial yang menggambarkan identitas dan citra suatu masyarakat. Setiap orang
terlibat dalam proses perubahan nilai dan budaya. Budaya eksis karena ada
pelakunya yang disebut pelaku budaya. Organisasi mempunyai budaya sendiri yang
terbentuk dari karakteristik organisasi sebagai objek dan subjeknya. Budaya
organisasi adalah suatu sistem nilai atau apa yang dinilai penting dan
kepercayaan (bagaimana sesuatu berjalan) yang membentuk orang-orang dalam
organisasi, struktur organisasi, dan sistem pengendalian organisasi untuk
memproduksi norma-norma keyakinan untuk melakukan segala sesuatu dalam
organisasi.
Budaya organisasi dibangun oleh para anggaota organisasi
dengan mengacu kepada etika dan sistem nilai yang berkembang dalam organisasi,
dan pemberian hak kepada anggota dan pimpinan, dan dipengaruhi oleh struktur
yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat di antara
anggota organisasi adalah budaya organisasi merupakan suatu sistem pengertian
yang diterima secara bersama, dimana praktek-praktek yang telah berkembang dan
menjadi identitas sejak beberapa lama dalam organisasi. Budaya organisasi
mengimplikasikan adanya karakteristik tertentu yang berhubungan erat dan
interdependen, karena itu perlu diperinci karakteristik budaya organisasi,
jangan sampai terjebak pada pengertian budaya sebagai milieu yang abstrak.
Dalam setiap organisasi ada sistem nilai sebagai gambaran
budaya organisasi, hal ini menunjukkan organisasi dibentuk oleh sistem
nilainya. Sistem nilai organisasi dipengaruhi oleh budaya individu yang ada
dalam organisasi. Derajat pengaruh budaya dalam situasi-situasi komunikasi
antar unit organisasi ditunjukkan pada model perubahan yang terlihat dalam
kegiatan organisasi dan kegiatan individu dalam organisasi. Dari uraian
tersebut menggambarkan bahwa organisasi pendidikan pada pemerintah
kabupaten/kota (Dinas Pendidikan) tentu saja akan sangat dipengaruhi oleh
sistem nilai dan budaya birokrasi dan budaya masyarakat yang berinteraksi
dengan pendekatan sistem yang berlaku dalam organisasi. Karena itu, efisiensi
dan keefektifan organisasi akan dipengaruhi oleh budaya kerja, budaya berpikir,
budaya mutu, dan keinginan untuk lebih baik baik setiap anggota organisasi.
1.
Budaya
Birokrasi Pendidikan
Interaksi sehari-hari para pegawai di kantor Dinas
Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota menurut penelitian Sagala (2003)
menggambarkan bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih
tua, orang yang tidak punya jabatan harus menghormati orang-orang yang
menduduki jabatan, semakin tinggi jabatan seseorang semakin tinggi pula
perlakuan rasa hormat yang diterimanya dari bawahan. Para pegawai sebagai
bawahan lebih baik tidak melakukan kritik untuk menjaga kerukunan. Tetapi
menjaga keutuhan hormat dan rukun ini cenderung dibebankan kepada pegawai
pelaksana dan pejabat pada tingkat rendah yang menduduki posisi bawahan (sub
ordinasi) dari kekuasaan pejabat birokrasi yang menempati posisi yang
tinggi.
Budaya senioritas dan usia serta kedudukan jabatan yang
tinggi memainkan peranan penting dalam segala hubungan organisasi dimana
nilai-nilai, dan interaksi-interaksi yang muncul di tempat kerja adalah cara
kerja birokrasi yang kaku dan kompleks. Sudah menjadi kepercayaan umum bagi
para pegawai pelaksana dan pejabat tingkat rendah yang menduduki posisi
bawahan, bahwa kritik terbuka terhadap berbagai kebijakan pimpinan puncak
dipandang sebagai hal yang tidak benar. Kritik-kritik yang gencar dan bersifat
terbuka terhadap berbagai keputusan tidaklah umum karena dapat menggangu
stabilitas. Hal yang demikian ini menjadi budaya dalam organisasi pada dinas
pendidikan maupun organisasi satuan pendidikan. Organisasi ini, cenderung
mencerminkan budaya dan perilaku birokritas, masih jauh dari budaya pemberdayaan
personel sesuai kapasitasnya. Tidak ada perlakuan berbeda untuk guru berkinerja
baik dengan yang tidak, khususnya untuk penugasan dan kenaikan pangkat.
Dari hasil penelitian ini menggambarkan bahwa secara umum
budaya para pegawai Dinas Pendidikan dalam melaksanakan tugasnya atas dasar
instruksi atasan dan atau ada permintaan masyarakat yang dapat diberikan atas
persetujuan atasan dan aturan yang berlaku. Nilai-nilai, dan
interaksi-interaksi yang muncul di tempat kerja dalam membangun jaringan
hubungan cenderung didasarkan latar belakang koneksi yang ditandai patternalisme
yang kuat, senioritas dan usia serta kedudukan jabatan yang tinggi memainkan
peranan cukup penting dalam segala hubungan organisasi. Pada dasarnya, dilihat
dari budaya kerja pada bidang pendidikan di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
memberikan pelayanan penyelenggaraan sekolah masih cenderung sama dengan
sebelum implementasi kebijakan otonomi daerah yaitu hierarkis birokratis.
2.
Budaya
Organisasi Sekolah
Penelitian Bank Dunia (2004) mengungkapkan bahwa
Indonesia mempunyai staf pada kantor-kantor pendidikan yang terlalu banyak,
sebagian besar tidak terlatih untuk bekerja di dalam sistem desentralisasi.
Banyak diantara pegawai pada pemerintah daerah mempunyai skill yang rendah. Di
lain pihak untuk mendukung manajemen sekolah dasar (SD) tidak didukung tenaga
administrasi (tata usaha) sebagai supporting system organisasi sekolah.
Peralatan untuk melaksanakan kegiatan admnistrasi seperti mesin tik dan
computer di sejumlah SD di Indonesia tidak tersedia khususnya SD yang berada di
pedesaan. Hal ini bukan saja mengkonsumsi atau menggunakan sumber-sumber dengan
sia-sia tapi juga menciptakan kelompok kepentingan yang menyatu, yang memiliki
dorongan untuk melestarikan kebiasaan-kebiasaan sebagaimana mereka
menjalankannya selama ini. Inilah masalah serius budaya organisasi yang mesti
dihadapi. Ukuran atau jumlah pegawai birokrasi bukanlah sekadar merupakan
problem teknis, tapi juga merupakan masalah yang secara politis bisa
memperlambat desentralisasi. Sebagaimana diungkapkan sebelumnya komponen
birokrasi pendidikan yang rumit dan kompleks di provinsi dan kabupaten/kota
akan memberi implikasi sempitnya ruang pemberdayaan manajemen pembelajaran di
sekolah.
Sebenarnya budaya dapat diubah, tetapi diperlukan
beberapa kondisi untuk melakukan perubahan tersebut. Pada kondisi yang
menguntungkan sekalipun para manajer tidak dapat mengharapkan bahwa nilai-nilai
budaya yang baru akan diterima dengan cepat seperti penerapan manajemen
berbasis sekolah, kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum tingkat satuan
pendidikan, model pembelajaran contextual teaching and learning,
penilaian model portopolio, memberi akses yang lebih luas atas peran serta
masyarakat, dan sebagainya. Semua ini adalah perubahan budaya dalam manajemen
sekolah yang tidak mudah diterima oleh kepala sekolah, guru, orang tua siswa,
dan masyarakat sekitar sekolah.
Perubahan budaya memang harus dihitung dalam jangka waktu
tahunan bukan bulanan, karena proses pembudayaan dalam waktu yang singkat sulit
menafsirkan makna dan menyimpulkannya untuk menentukan budaya atau sistem nilai
yang dianut suatu organisasi. Implementasi model manajemen berbasis sekolah,
dan model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan merupakan
budaya baru bagi sekolah. Secara tipikal budaya organisasi sekolah diterapkan
dengan orientasi-orientasi bersama, yang menyatukan berbagai bidang keahlian
dan kedudukan personel organisasi sekolah dalam satu sistem nilai pada tingkat
kedalaman yang berbeda dan memberinya identitas yang berbeda. Sehingga
organisasi sekolah mempunyai kepribadian sebagai suatu sistem yang diterima
secara bersama, yang seharusnya menghasilkan organisasi sekolah yang efektif
mempunyai budaya mutu yang kuat dan berbeda yaitu kompetitif.
Disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah suatu sistem
nilai dari makna bersama (shared meaning) yang menekankan pentingnya
norma-norma kelompok kerja, sentimen-sentimen, nilai-nilai, dan
interaksi-interaksi yang muncul di tempat kerja pada saat mereka menggambarkan
sifat dan fungsi-fungsi organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang
dianut anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari
organisasi-organisasi lain. Dengan demikian konsep budaya organisasi pendidikan
baik pada tatar birokrasi pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota maupun
organisasi satuan pendidikan (sekolah) pada semua jenjang dan jenis adalah
suatu perspesi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu. Jika
personel yang berada pada Dinas Pendidikan dan juga yang berada di sekolah
memandang sistem nilai yang dikembangkan adalah budaya birokratis, maka pola
kerja dan interaksi pada organisasi tersebut adalah budaya birokratis. Meskipun
budaya birokratis ini sudah terbukti tidak mampu menjadikan organisasi lebih
kompetitif bagi organisasi pendidikan, dan ini disadari oleh para personelnya. Tetapi
untuk merubahnya menjadi organisasi yang memberdayakan potensi sumber daya
manusianya dan potensi sumber-sumber lainnya dalam organisasi bukanlah
pekerjaan yang mudah.
3.
Budaya
dan Iklim Organisasi
Iklim tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan dan
dapat mempengaruhi perilaku dalam organisasi. Iklim organisasi dapat
menyenangkan dapat pula tidak menyenangkan, oleh karena iklim organisasi
dibangun melalui kegiatan dan mempunya akibat atau dampak bagi organisasi.
Jadi, iklim organisasi adalah serangkaian sifat lingkungan kerja, yang dinilai
langsung atau tidak langsung oleh karyawan yang dianggap menjadi kekuatan utama
dalam mempengaruhi perilaku karyawan. Iklim organisasi suatu terminologi yang
luas mengacu pada persepsi anggota organisasi terhadap lingkungan kerjanya
secara umum. Hal ini dipengaruhi oleh organisasi formal, organisasi informal,
kepribadian partisipan, dan kepemimpinan organisasi. Pengaruh interaksi iklim
organisasi berhubungan secara simultan dengan struktur dan proses-proses
interaksi. Dalam organisasi pendidikan ada interaksi kepala sekolah dengan
kepala dinas pendidikan berkaitan dengan dukungan program sekolah, interaksi
kepala sekolah dengan guru, dan guru dengan murid dalam proses pembelajaran.
Interaksi tersebut dilakukan dalam melakukan pekerjaan untuk
mencapai visi dan misi organisasi. Pola-pola interaksi ini tampak pada proses
interaksi dan berkonsultasi tentang perubahan dan bagaimana prosesnya, bentuk
supervise yang dapat menjamin kualitas kinerja, dan pekerja mengetahui apa yang
dianggap penting sebagai akibat yang diharapkan. Pengelompokkan ciri-ciri
internal yang ingin dicapai oleh organisasi dari pengaruh-pengaruh lain
terhadap tingkah laku anggota merupakan suatu iklim organisasi. Jadi dimensi
iklim organisasi menunjukkan adanya rasa tanggungjawab, standar atau harapan
tentang kualitas pekerjaan, reward yang diperoleh sebagai pengakuan
terhadap prestasi, saling mendukung dalam melaksanakan pekerjaan, dan semangat
yang kuat dalam tim kerja.
Perilaku masing-masing iklim dapat disketsakan, untuk
menggambarkan iklim organisasi pada dua ekstrimitas yaitu iklim terbuka dan
tertutup. Iklim terbuka adalah keyakinan yang memiliki derajat kepercayaan dan
semangat yang tinggi dan rendahnya perlawanan. Dalam melaksanakan tugas
organisasi dan kepuasan sosial, secara terbuka tidak memberikan kesempatan
eksklusif. Tetapi timbul secara bebas, yaitu adanya kreativitas dan inovasi
dari masing-masing anggota untuk menghasilkan yang terbaik. Sedangkan iklim
tertutup adalah kebalikandari iklim terbuka. Arah dan semangat iklim tertutup
adalah rendah sedangkan disengagement tinggi, pimpinan dan anggota
organisasi memiliki gerakan yang sempit menekankan pada hal-hal yang rutin,
berkutat pada hal-hal yang sepele, sibuk pada hal-hal yang tidak penting dan
tidak menunjukkan sedikitpun suatu kepuasan.
Kepemimpinan pada iklim tertutup menunjukkan supervisi
tertutup (berorientasi pada hasil), ketat terhadap pernyataan-pernyataan
formal (kaku), dan impersonality (gampang tersinggung).
Ketidakmampuan pemimpin dalam iklim tertutup ini memperhatikan dinamika personal
dengan memberi contoh, taktik membimbing yang salah, dan sedikit sekali keikhlasan,
sehingga menghasilkan anggota organisasi yang frustrasi dan apatis. Organisasi
sekolah tidak bolehdiurus dengan iklim tertutup, kepala sekolah harus membuka
ruang yang seluas-luasnya bagi guru, siswa, dan orang tua siswa untuk
merumuskan bersama Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang kemudian secara
detail dituangkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS),
sebaliknya para guru tidak apatis atau tidak peduli tentang kebijakan sekolah,
para guru harus berusaha untuk ikut merumuskan kebijakan sekolah.
Sedangkan orang tua siswa yang paling tahu kebutuhan
anak-anaknya, juga harus ikut berpartisipasi memberikan pokok-pokok pikirannya
berkontribusi menentukan kebijakan sekolah sesuai kapasitas masing-masing.
Dokumen RAPBS bukanlah sesuatu yang amat penting, tetapi proses
tersusunnya RAPBS menjadi dokumen itulah
yang penting. Dengan demikian iklim organisasi apakah terbuka atau tertutup,
adalah gambaran dari persepsi anggota ditampakkan pada performansi personel,
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Kombinasi tersebut mengharapkan suatu
iklim dalam prinsip dan kekuasaan sejati dalam tingkah laku organisasi.
Iklim organisasi dipengaruhi oleh budaya organisasi
yang berkembang di dalamnya. Hal ini sejalan dengan pandangan DeRoche (1987)
yang menyatakan bahwa budaya organisasi mempunyai keterkaitan atau hubungan
dengan iklim organisasi. Keterkaitannya diandaikan budaya sebagai baterai (battery)
dan iklim sebagai pabrik nuklir (nuclear plant). Dengan demikian iklim
organisasi (yang diandaikan pabrik nuklir) dipengaruhi oleh budaya (yang
diandaikan baterai) yang berlaku dalam organisasi (Hendyat Soetopo, 2012:15
Langganan:
Postingan (Atom)