Mata Kuliah Hadis manajemen pendidikan
Dr Moh Sulhan
M.Pd
Oleh
Yudi imansyah
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
Jawaban 1
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ،
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنْ الزُّهْرِيِّ، قَالَ:
أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: " مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ
فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ، ثُمَّ يَقُولُ: فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَاف لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِق ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Artinya : Abdan Menceritkan kepada
kami (dengan berkata) Abdullah memberitahukan kepada kami (yang berasal) dari
al-Zukhri (yang menyatakan) Abu salamah bin Abd al-Rahman memberitahukan
kepadaku bahwa Abu Hurairah, ra. Berkata : Rasulullah SAW bersabda “setiap anak
lahir (dalam keadaan) Fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam)
menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi.
sebagimana binatan ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurnah Anggota
tubuhnya). Apakah anda melihat anak binatang itu ada yang cacak (putus
telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)kemudian beliau membaca, (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptkan menurut manusia fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus.[12]
surat ar-Rum ayat 30.
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ
لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا
تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ
ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”(QS. Ar-Rum, 30 : 30).
Lalu para ulama mengkaitkan ayat ini dengan
surat al-A’raf ayat 172.
وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ
مِنۢ بَنِيٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰٓ
أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰ شَهِدۡنَآۚ أَن تَقُولُواْ
يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَٰذَا غَٰفِلِينَ ١٧٢
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)" (QS. Al-A’raf, 7 : 172).
Berdasarlam
hadis dan bebera[a ayat al qur an di atas, menjelaskan bahwa seluruh manusia
manusia di lahirkan dalam keadaan fitrah. secara umum kata fitrah ini memiliki
arti suci dari berbagai perbuatan dosa. selain dari itu manusia dilahirkan
dalam keadaan lemah takberdaya, akan tetapi saat manusia di lahirkan juga pada
dasarnya dia memiliki potensi yang besar yang telah allah berikan padanya.
Selain
dari itu allah memberikan potensi berupa fisik yang sempurna pada pandangan
allah, dimana allah memberikan bentuk fisik yang di sesuaikan dengan kebuthanya
yang akan di jalani di pase pase kehidupan yang akan di jalaninya. potensi
indra yang menjadi salah satu potensi yang besar dalam kehidupan manusia telah
allah berikan sejak manusia dalam kandungan akan tetapi fungsi indrawi manusia
akan berfungsi sesuai dengan tahapan perkembanganya.
disamping
itu, jika kita lihat pada surat arum
ayat 30 menjelaskan bahwa allah telah memberi potensi yang utama dan luar biasa
yaitu bahwa allah memberikan potensi agama atau nilai nilai agama pada dirinya.
kemudian ayat ini diperkuat dan diperjelas oleh allah pada surat Al A raf ayat
172 yang menjelaskan bahwa allah telah memberikan potensi tauhid pada setiap
diri manusia yaitu dimana roh manusia dibai at untuk mengakui bahwa allah
tuhanya, ini merupakan potensi terbesar yang allah berikan pada manusia sejak sebelum lahir.
Kemudian
jika kita kaitkan pada hadis tentang fitrah di awal, seluruh potensi dan arah
hidup eorang bayi atau anak manusia akan sangat tergantung pada arah pendidikan
yang diterapkan kedua orangtuanya.
betapapun besar potensi yang allah berikan pada seorang anak, tetapi dalam
perkembangan kehidupannya sanhgat dipengaruhi oleh kedua orang tuanya. hal ini,
bukan hanya pada aspek agama apakah dia akan menjadi islam, yahudi ataupun
nasrani. akan tetapi juga menyangkut pada aspek potensi manusia seperti contoh apakah
anak ini akan menjadi seorang dokter, polisi, atau yang lainya. hal ini sangat
tergantung pada pola pendidikan yang diberikan kedua orangtuanya.
Jawaban No 2
Hadis di atas,
berkaitan dengan firman allah dalam arraum ayat 30, sehingga untuk menafsirkan
hadis tersebuta saya kaitkan terlebih dahulu dengan firman allah tersebut.
Allah Swt. berfirman: Fa aqim wajhaka li ad-dîn hanîfâ (Hadapkanlah
wajahmu dengan lurus pada agama Allah). Menurut Mujahid,
Ikrimah, al-Jazairi, Ibnu al-‘Athiyah, Abu al-Qasim al-Kalbi, dan
az-Zuhayli, kata ad-dîn bermakna dîn al-Islâm. Penafsiran
ini sangat tepat, karena khithâb ayat ini ditujukan kepada
Rasulullah saw., tentu agama yang dimaksudkan adalah Islam.
Adapun hanîf, artinya
cenderung pada jalan lurus dan meninggalkan kesesatan. Kata hanîf
tersebut, merupakan hâl (keterangan) bagi adh-dhamîr (kata
ganti) dari kata aqim atau kata al-wajh;
bisa pula merupakan hâl bagi kata ad-dîn. Dengan
demikian, menurut as-Suyuti, perintah itu mengharuskan untuk
menghadapkan wajah pada dîn al-Islâm dengan pandangan lurus;
tidak menoleh ke kiri atau ke kanan, dan tidak condong pada agama-agama lain
yang batil dan menyimpang.[1][4] Perintah ini merupakan tamsil untuk
menggambarkan sikap penerimaan total terhadap agama ini, istiqamah di dalamnya,
teguh terhadapnya, dan memandangnya amat penting.
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman: fithrah Allâh al-latî fathara an-nâs
‘alayhâ (tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu). Secara bahasa, fithrah berarti al-khilqah (naluri,
pembawaan) dan ath-thabî‘ah (tabiat, karakter) yang diciptakan
Allah Swt. pada manusia.
Menurut
sebagian mufasir, kata fithrah Allâh berarti kecenderungan dan
kesediaan manusia terhadap agama yang haq. Sebab, fitrah manusia
diciptakan Allah Swt. untuk cenderung pada tauhid dan dîn al-Islâm sehingga
manusia tidak bisa menolak dan mengingkarinya.
Sebagian
mufassir lainnya seperti Mujahid, Qatadah, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, dan
Ibnu Syihab memaknainya dengan Islam dan Tauhid. Ditafsirkannya fitrah
dengan Islam karena untuk fitrah itulah manusia diciptakan. Telah ditegaskan
bahwa jin dan manusia diciptakan Allah Swt. untuk beribadah kepada-Nya (QS
adz-Dzariyat 56). Jika dicermati, kedua makna tersebut tampak saling
melengkapi.
Harus diingat,
kata fithrah Allâh berkedudukan sebagai maf‘ûl bih (obyek)
dari fi‘il (kata kerja) yang tersembunyi, yakni ilzamû (tetaplah)
atau ittabi‘û (ikutilah). Itu berarti, manusia diperintahkan
untuk mengikuti fitrah Allah itu. Jika demikian, maka fitrah yang dimaksudkan
tentu tidak cukup hanya sebatas keyakinan fitri tentang Allah atau
kecenderungan pada tauhid. Fitrah di sini harus diartikan sebagai akidah tauhid
atau dîn al-Islâm itu sendiri. Frasa ini memperkuat perintah
untuk mempertahankan penerimaan total terhadap Islam, tidak condong pada agama
batil lainnya, dan terus memelihara sikap istiqamah terhadap dîn
al-Islâm, dîn al-haq, yang diciptakan Allah Swt. untuk
manusia. Ini sama seperti firman-Nya (yang artinya): Tetaplah kamu pada
jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang-orang yang
telah taubat beserta kamu. (QS. Hud :112).[2][5]
Allah Swt.
berfirman: Lâ tabdîla li khalqillâh (tidak ada perubahan atas
fitrah Allah). Menurut Ibnu Abbas, Ibrahim an-Nakha'i, Said bin Jubair,
Mujahid, Ikrimah, Qatadah, adh-Dhahak, dan Ibnu Zaid, li khalqillâh maksudnya
adalah li dînillâh. Kata fithrah sepadan
dengan kata al-khilqah. Jika fitrah dalam ayat ini ditafsirkan
sebagai Islam atau dîn Allâh, maka kata khalq Allâh pun
demikian, bisa dimaknai dîn Allâh.
Allah Swt.
memberitakan, tidak ada perubahan bagi agama yang diciptakan-Nya untuk manusia.
Jika Allah Swt. tidak mengubah agamanya, selayaknya manusia pun tidak mengubah
agama-Nya atau menggantikannya dengan agama lain. Oleh karena itu, menurut sebagian
mufasir, sekalipun berbentuk khabar nafî (berita
yang menafikan), kalimat ini memberikan makna thalab nahî (tuntutan
untuk meninggalkan). Dengan demikian, frasa tersebut dapat diartikan: Janganlah
kamu mengubah ciptaan Allah dan agamanya dengan kemusyrikan; janganlah mengubah
fitrahmu yang asli dengan mengikuti setan dan penyesatannya; dan kembalilah
pada agama fitrah, yakni agama Islam.
Allah Swt.
menutup ayat ini dengan firman-Nya: Dzâlika ad-dîn al-qayyim walâkinna
aktsara an-nâs lâ ya‘lamûn (Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui). Kata al-qayyûm merupakan
bentuk mubâlaghah dari kata al-qiyâm (lurus).
Allah Swt. menegaskan, perintah untuk mengikuti agama tauhid dan berpegang
teguh pada syariah dan fitrah yang sehat itu adalah agama yang lurus; tidak ada
kebengkokan dan penyimpangan di dalamnya.[3][6]
Seharusnya
tidak ada keberatan sama sekali bagi manusia untuk memeluk Islam. Sebaliknya, dia
akan merasa berat dan susah ketika harus keluar dari Islam. Pasalnya, memeluk
Islam sesungguhnya merupakan fitrah manusia. Secara tersirat, ayat ini
menegaskan akan realitas tersebut. Para mufasir menafsirkan kata fithrah
Allâh dengan kecenderungan pada akidah tauhid dan Islam, bahkan Islam
itu sendiri.
Pertama:
adanya gharîzah at-tadayyun (naluri beragama) pada diri setiap
manusia sehingga ia bisa merasakan dirinya lemah dan ringkih. Ia membutuhkan
Zat Yang Mahaagung, yang berhak untuk disembah dan dimintai pertolongan.
Karenanya, manusia membutuhkan agama yang menuntun dirinya melakukan
penyembahan (‘ibâdah) terhadap Tuhannya dengan benar.
Kedua: dengan akal
yang diberikan Allah Swt. pada diri setiap manusia, ia mampu memastikan adanya Allah, Pencipta alam
semesta. Sebab, keberadaan alam semesta yang lemah, terbatas, serba kurang, dan
saling membutuhkan pasti merupakan makhluk. Hal itu memastikan adanya al-Khâliq yang
menciptakannya. Dengan demikian, kebutuhan manusia pada agama, selain didorong
oleh gharîzah at-tadayyun, juga oleh kesimpulan akal.
Lebih
jauh, akal manusia juga mampu memilah dan memilih akidah dan agama yang benar.
Akidah batil akan dengan mudah diketahui dan dibantah oleh akal manusia. Sebaliknya,
argumentasi akidah yang haq pasti tak terbantahkan sehingga memuaskan akal
manusia.
Oleh
karena itu, secara fitri manusia membutuhkan akidah dan agama yang haq, agama
yang menenteramkan perasaan sekaligus memuaskan akal. Islamlah satu-satunya
yang haq. Islam dapat memenuhi dahaga naluri beragama manusia dengan benar
sehingga menenteramkannya. Islam juga memuaskan akalnya dengan
argumentasi-argumentasinya yang kokoh dan tak terbantahkan. Dengan
demikian, Islam benar-benar sesuai dengan fitrah dan tabiat manusia. Karena
begitu sesuainya, az-Zamakhsyari dan an-Nasafi menyatakan, “Seandainya
seseorang meninggalkan Islam, mereka tidak akan bisa memilih selain Islam
sebagai agamanya.”
Sesungguhnya
bagi manusia, menolak Islam jauh lebih sulit dan berat ketimbang menerimanya.
Sebab, apa pun atau siapa pun lebih mudah memelihara tabiat asli dan jati
dirinya daripada harus mengubahnya.[4][7]
Manajemen
pendidikan islam merupakan keseluruhan proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. demikian juga dengan proses pendidikan
terhadap anak,. orang tua harus melakukan proses perencanaan pendidikan anak
dengan melakukan analisis potensi apa yang terbesar yang dimiliki anaknya.
kemudian, setelah mengetahui potensi anak, maka orangtua pun harus melakukan
penanaman nilai nilai tauhid sebagai dasar utama dalam kehidupannya di masa
yang akan datang. selanjuta orang tua harus merencanakan tahapan dan jenjang
pendidikan apa yang harus ditempuh dalam konteks pendidikan formal serta menempatkan
anak pada lingkungan yang tepat.
Dalam proses
pengeorganisasian dan pelaksanaan, orang tua harus bekerja sama dengan demham
nerbagai pihak seperti mencari lembaga pendidikan yang tepat sesuai dengan
potensinya, mencari guru yang tepat serta menyediakan media yang tepat untuk
mengembangkan pitensinya. kemudian dalam proses pengawasan, selain melibatkan
guru dan keluarga juga melibatkan masyarajata dalam melakukan pengawasa.
kemudian tahap terakhir adalah proses evaluasi sejah mana pencapaian tujuan
pendidikan yang dilakukan terkait pengembangan pitensi anak. dari hasil
evaluasi ini akan diketahui efektifitas dan efisiensi dari proses manajemen yang telah dilakukan,
dengan adanya hasil evaluasi ini, maka orang tua dapat menindak lanjuti dengan
langkah langkah apa yang akan di ambil
dalam pengembangan potensi anak.
Jawaban
No 3
Prngorganisasian
dan penggerakan meri[akan tahap yang menentukan apakah upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai
secara efektif dan efisien ataukah tidak. dalam proses ini8, dibutuhkan
kerjasama tim. jika kita ambil contoh dalam lembaga pendidikan adalah upaya
kerja sama tim sekolah untuk melakukan proses pendidikan dan pembelajaran yang
dilakukan sebaik mungkin dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan di awal.
Proses
memilih personil meru[akan hal uamh samngat penting karena tercapai dan
tidaknya tujuan akan sangat tergantung pada personil yang dipilih. untuk
memilih personil, seorang pemimpin harus melihat potensi atau kretera apa yang
dibutuhkan dalam pengembangan lembaganya. jika sampai salah dalam menempatkan
personil yang memang tidak sesuai dengan kompetensinya, maka akan menjadi
penghambat dalam pencapaian tujuan serta bisa menjadi faktor kehancuran pada
suatu lembaga karena telah salah dalam menempatkan personil.
Pengorganisasian
dan penggerakan dalam studi hadis manajemen sangay penting karena dalam study
ini mempelajasi tataran aspek teknis proses pendidikan islam yang mengacu kepada al qur an dan suunah nabi. proses
pengorganisasian dan penggerakan merupakan aspek yang sangat ditekankan oleh
nabi muhamad, dimana dalam setiap proses pendidikan yang di jalankan oleh nabi
tidak pernah telepas pada dua aspek ini.
عَنْ أَبِيْ يَعْلَى شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : «إِنَّ اللهَ
كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ. فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ
فَأَحْسِنُوْا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ
ذَبِيْحَتَهُ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus
Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku baik terhadap segala sesuatu.
Maka jika kalian membunuh, hendaklah membunuh dengan cara yang baik. Jika
kalian menyembelih, hendaklah menyembelih dengan cara yang baik. Hendaklah
seorang dari kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya”.
(HR Muslim)
Hadis ini memerintahkan kepada umat muslim agar berbuat baik
dalam segala hal dan dilakukan secara proforsional. selain dari itu, dalam
melakukan kebaikan harus menggunakan media yang tepat dan berkualitas agar
setiap amal kebaikan dapat dilakukan. untuk penjelasan lebih lanjut, kita dapat
mengambil rujukan dari ayat ayat al qur an di bawah ini.
A.
Surat Al Baqarah ayat 148
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا
تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
Artinya
:
Dan bagi tiap-tiap umat ada
kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu
(dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
Arti
kata kata :
وَلِكُلٍّ
|
: Dan bagi tiap tiap umat
|
بِكُمُ اللّهُ
|
: Dengan/padamu Allah
|
||
وِجْهَةٌ
|
: Kiblat
|
جَمِيعاً
|
: Sekalian /semua
|
||
هُوَ
|
: Ia
|
إِنَّ اللّهَ
|
: Sesungguhnya Allah
|
||
مُوَلِّيهَا
|
: Menghadap kepadanya
|
عَلَى كُلّ
|
: Atas segala
|
||
فَاسْتَبِقُوا
|
: Maka berlomba lombalah kamu
|
شَيْءٍ
|
: Sesuatu
|
||
الْخَيْرَاتِ
|
: Kebaikan
|
قَدِيرٌ
|
: Mahakuasa
|
||
أَيْنَ مَا
|
: Dimana saja
|
||||
تَكُونُوا
|
: Kamu berada
|
||||
يَأْتِ
|
: Mengumpulkan
|
||||
Identifikasi
Tajwid:
- Idgam
bigunnah, yaitu huruf tanwin bertemu wau dalam bacaan وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ
- Izhar
halqi, yaitu huruf tanwin bertemu ha dalam bacaan وِجْهَةٌ هُوَ
- Mad
Tabi`i, yaitu sebelum huruf ya bersukun hurufnya berharakat kasrah dalam
bacaan مُوَلِّيهَا
- Ikfa,
yaitu huruf bertanwin bertemu huruf qaf dalam bacaan جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ
- Mad
arid lisukun, yaitu mad yang ada sebelum tanda berhenti/waqaf pada
bacaan قَدِيرٌ
ISI
KANDUNGAN SURAT AL BAQARAH 148
Tiap tiap umat ada kiblatnya masing masing yang dijadikan
arah untuk ibadah pada zamanya. Umat Islam menghadapkan wajahnya dalam
beribadah menuju ke arah Masjidil Haram yang di dalamnya ada bangunan Kakbah.
Umat nabi Ibrahim dan Ismail juga menghadap ke arah Kakbah sedangkan umat Bani
Izrail dan umat Nasrani menghadap ke arah Baitul Maqdis. Allah swt memberikan
ketentuan bagi setiap umat manusia dalam beribadah kepadaNya dengan menunjukkan
rah kiblat yang sudah di tentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap apa
yang diperintahkan Allah tentu akan melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan
orang yang ingkar akan mencari dan membuat arah kiblat sendiri sesuai dengan
keinginanya.
Allah swt akan dapat menilai dan melihat hamba hambanya yang
patuh dan taat, dapat pula melihat hambanya yang melanggar serta meninggalkan
perintahnya. Manusia yang senantiasa berbuat baik dan taat pastilah Allah akan
membalasanya dengan pahala berupa Syurga, Sedangkan manusia yang lalai dan
meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah di Neraka yang apinya
senantiasa menyala nyala.
Hari kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa
bahwa setiap perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawabanya. Perbuatan
baik sekecil appun pasti akan mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk
atau jahat sekecil apapun juga akan mendapat balasan yang sangat adil dan
setimpal. Tak ada satupun manusia di hari kiamat yang akan dapat meloloskan
diri dari pengadilan Allah swt. Kehidupan di akhirat hakekatnya adalah
kehidupan hakiki dan merupakan kehidupan yang sebenarnya,oleh karena itu kehidupan
yang sebentar di dunia ini hendaklah benar benar digunakan dengan sebaik
baiknya untuk di isi dengan amal perbuatan yang baik. Kebahagiaan manusia di
akhirat sesungguhnya ditentukan oleh kebahagiaan di dunia ini dengan satu
syarat senantiasa melakukan dan melaksanakan syariat Allah dengan sebaik
baiknya.
Allah swt sudah memberikan gambaran dan peringatan agar
manusia berhati hati dalam hidup ini sebagaimana banyak tertuang dalam firman
Allah yang berisi agar manusia berbuat baik, karena setiap perbuatan akan
kembali kepada manusia itu sendiri. Seperti disebutkan dalam Al quran surat,
Al-baqarah ayat; 25,58,83,195, Al-Maidah : 13, Al-An`am : 84, Al-A`raf : 56,
Yunus: 26, dan Surat Yunus : 7
Selain firman Allah tersbut masih banyak surat dalam Al
quran yang memerintahkan untuk berbuat baik. Maka dengan niat penuh keikhlasan
hendaklah kita awali dan perbaharui hidup ini dengan niat untuk senantiasa
melakukan amal amal perbuatan yang baik.
Surat
Al Fathir : 32
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ
الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم
مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ
الْفَضْلُ الْكَبِيرُ ﴿٣٢﴾
Artinya
:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan
kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara
mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Arti
kata kata
ثُمَّ
|
:Kemudian
|
مُّقْتَصِدٌ
|
:Ada yang pertengahan
|
أَوْرَثْنَا
|
:Kami wariskan
|
سَابِقٌ
|
:Yang lebih dulu
|
الْكِتَابَ
|
:Kitab itu
|
بِالْخَيْرَاتِ
|
:Berbuat kebaikan
|
الَّذِينَ
|
:Yang
|
بِإِذْنِ اللَّهِ
|
engan izin Allah
|
اصْطَفَيْنَا
|
:Kami pilih
|
ذَلِكَ هُوَ
|
:Yang demikian itu adalah
|
مِنْ عِبَادِنَا
|
: Diantara hamba hamba kami
|
الْفَضْلُ
|
:Karunia
|
فَمِنْهُمْ
|
:Lalu diantara mereka
|
الْكَبِيرُ
|
:Yang amat besar
|
ظَالِمٌ
|
: Menganiaya
|
||
لِّنَفْسِهِ
|
: Diri mereka sendiri
|
||
وَمِنْهُم
|
: Dan diantara mereka
|
Identifikasi
Tajwid :
- Mim
musyadah atau mim bertasydid pada bacaan ثُمَّ
- Izhar
yaitu huruf nun bersukun bertemu huruf `ain pada bacaan مِنْ عِبَادِنَا
- idgam
bilagunnah yaitu huruf tanwin bertemu huruf lam pada bacaan ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ
- idgam
mimi yaitu huruf mim bersukun bertemu huruf mim pada bacaan وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ
- izhar
syafawi yaitu huru mim bersukun bertemu huruf sin pada bacaan وَمِنْهُمْ سَابِقٌ
- iqlab
yaitu tanwin bertemu huruf ba pada bacaan سَابِقٌ
بِالْخَيْرَاتِ
Isi
Kandungan :
Berdasarkan surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi
manusia kedalam tiga derajat kedudukan manusia :
- Golongan
Dholimun Linafsih, ialah golongan yang selalu mendholimi dan menganiaya
diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah SWT, dengan
meninggalkan perintaNya dan mengerjakan Larangan laranganNya.
- Golongan
Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada
pada pertengahan, bersifat cermat dan senantiasa berhati hati dengan
melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan laranganNya.
- Golongan
Sabiqun Bil Khairat, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif
dalam melakukan kebaikan. Golongan ini memiliki ruhiyyah yangtinggi dengan
senantiasa melaksanakan yang wajib dan mengerjakan amalan amalan yang
sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi dari perkara perkara yang syubhat
dan ragu ragu dalam kehidupan sehari hari.
Pada hakikatnya seluruh
ayat dan hadis tentang kewajiban berbuat baik dalam segala hal ini, menjadi
dasar utama dalam proses perencanaan dan roda organisasi. dimana dalam setiap
perencanaan yang dilakukan harus mengandung nilai nilai dan manfaat yang baik
bagi masyarakat atau pengguna layanan organisasi yang bersangkutan. Selain itu
juga dalam setiap perencanaan harus ditanamkan bahwa setiap tahapan yang
dijalankan harus mengandung nilai nilai ibadah dalam rangka mendapatkan rido
allah.
Semangat berlomba lomba
dalam kebaikan merupakan nilai khas yang menjadi pembeda antara organisasi atau
lembaga pendidikan islam dengan lembaga lainnya. dalam proses perencanaan
organisasi lembaga pendidikan isklam benar benar harus memerhatikan seluruh
aspek kehidupan dan nilai kebermanfaatan bagi mayarakat umum.
Jawaban No 4
حدثنا
محمد بن عبدالله بن نمير. حدثنا أبي حدثنا
زكرياء عن الشعبي، عَنِ النَّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ.
قَالَ:قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم “مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي
تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ.
إِذَا اِشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ
الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحَمَى”.
Arti Mufrodat
تَوَادِّهِمْ :
saling kasih تَرَاحُمِهِمْ : saling
menyayang تَعَاطُفِهِمْ : saling cinta .
Tarjamah
Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda:
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti
sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota
tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam.]
c. Makna Hadits
Perumpamaan rasulullah dalam menjelaskan tentang kasih sayang sesama muslim
sebagaimana sebuah tubuh, apabila salah satu anggota tubuh merasa sakit maka
akan mempengaruhi kinerja dan fungsi anggota tubuh yang lain. Kata تَوَادِّهِمْ, تَرَاحُمِهِمْ
dan تَعَاطُفِهِمْ apabila kita kaji
dari segi kebasaan merupakan kata yang mengandung arti musyarokah
(melibatkan lebih dari satu orang). Actuating adalah aktifitas yang
melibatkan teamwork yang saling berhubungan dan berkaitan untuk mencapai
tujuan yang sama, apabila terjadi kegagalan dalam satu tim maka akan
berpengaruh pula pada tim yang lain. Tanggungjawab pimpinan adalah untuk
memberikan arahan, motivasi dan bimbingan dengan penuh kasih sayang dan rasa
cinta sedangkan anggota tim bertanggun jawab atas tugasnya masing-masing untuk
mencapai tujuan besar yang telah dirumuskan
عن أبي عبد الله الزبير بن العوام رضي
الله عنه قال:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لأن يأخذ أحدكم أحبله ثم يأتي الجبل، فيأتي بحزمةٍ من حطبٍ على ظهره
فيبيعها، فيكف الله بها وجهه، خيرٌ له من أن يسأل الناس،أعطوه أو منعوه.
رواه البخاري.
Dari Abu Abdillah yaitu az-Zubair bin al-Awwam r.a.,
katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Niscayalah jikalau seseorang dari
engkau semua itu mengambil tali-talinya – untuk mengikat – lalu ia datang di
gunung, kemudian ia datang kembali – di negerinya – dengan membawa sebongkokan
kayu bakar di atas punggungnya, lalu menjualnya,kemudian dengan cara sedemikian
itu Allah menahan wajahnya – yakni dicukupi kebutuhannya, maka hal yang semacam
itu adalah lebih baik baginya daripada meminta-minta sesuatu pada orang-orang,
baik mereka itu suka memberinya atau menolaknya.” (Riwayat Bukhari)
Rasullullah memberikan contoh kemandirian yang luar biasa,
sebagai pemimpin nabi dan pimpinan umat Islam beliau tak segan menjahit bajunya
sendiri, beliau juga seringkali turun langsung ke medan jihad, mengangkat batu,
membuat parit, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Kemudian, dibawah ini akan dikemukakan setidaknya ada 4
hadis yang menjelaskan terkait metode dan sekaligus media pendidikan adalah
sebagai berikut
1.
Metode peragaan dan demonstrasi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَافِلُ اليَتِيْمِ لَهُ أَوْ
لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الجَنَّةِ وَأَشَارَ مَالِكٌ
بِالسَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى
(رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a , Ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : orang yang menanggung hidup anak yatim atau yang
lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia seperti ini di dalam syurga dan Imam Malik mengisyaratkan seperti jari
telenjuk dan tengah (HR. Imam Muslim)
Terjemah perkata:
:كَافِلُ اليَتِيْمِ orang yang menanggung hidup anak yatim.
أَشَار :mengisyaratkan.
بِالسَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى :Jari telunjuk
dan jari tengah
Pembahasan :
Dari hadist diatas yang dimaksud
dengan ( كَافِلُ اليَتِيْمِ)
adalah mencukupi segala kebutuhannya mulai dari nafakah, pakaian, pendidikan
sekolah dan bertanggung jawab atas baik buruknya adabnya. Hal yang demikian ini
mendapatkan keuatamaan baik dari hartanya sendiri maupun harta anak
yatimtersebut dengan menjadi walinya ini.
Maksud dari أَوْ لِغَيْره yaitu orang terdekatnya seperti kakek,
nenek, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan, paman dari ayah, paman dari
ibu bibi dari ibu dan orang lain.
Analisis :
Pada
hadist diatas menerangkan tentang hubungan kedekatan Rasulullah dengan orang
yang memelihara anak yatim. Rasulullah SAW mendemonstrasikan juga dengan jari
beliau. Beliau menerangkan kepada para sahabat bahwa kedudukan beliau dengan
orang yang memelihara anak yatim di surga begitu dekat, seperti kedekatan jari
tengah dan jari telunjuk.
Dalam
dunia pendidikan sekarang ini, para pendidik dianjurkan sekali untuk bisa
meneladani Rasulullah SAW dalam menjelaskan pelajaran dengan menggunakan alat
peraga dalam metode pengajarannnya. Metode peraga ini sekarang lebih dikenal
dengan sebutan media pendidikan. Media pendidkan adalah suatu benda yang dapat
dindrai, khususnya penglihatan dan pendengaran baik yang terdapat dalam maupun
luar kelas yang digunakan sebagai alat bantu penghubung dalam proses
pembelajaran. Media pendidikan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas belajar
siswa. Media pendidikan mengandung beberapa beberapa aspek-aspek yaitu sebagai
alat atau sebagai teknik yang berkaitan erat dengan metode pengajaran.
2.
Metode cerita dan kisah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا
رَجُلٌ يَمْشِي فَشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا
ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا وَهُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَـأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ
فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلاَ حُفَّهُ ثُمَّ
أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لّهُ
فَغَفَرَ لَهُ قَالُوْا يَارَسُوْلُ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي البَهَائِمِ
أَجْرًا قَالَ فِي كَلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرُ (رواه البخارى)
Dari Abu Hurairah r.a, Ia
berkata sesungguhnya Rasululllah SAW bersabda : “Ketika seorang laki-laki
sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali kemudian ia
menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari
sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati
tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata : anjing itu sangat haus
sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air),
kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu
kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni, sahabat bertanya wahai
Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita menolong hewan ? Nabi SAW
menjawab : disetiap yang mempunyai limpa basah ada pahalanya”. (HR.Imam
Bukhori)
Terjemahan perkata:
يَمْشِي :berjalan.
بِئْرًا :sumur.
الْعَطَشُ :haus.
أَجْرًا:pahala
Pembahasan :
Ketika seorang laki-laki sedang
berjlan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali, kemudian ia menemukan sumur
lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba
datang seekor anjing menjulur-julurkan lidanya ia menjilati tanah karena sangat
haus, lelaki itu berkata: anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian
masuk ke sumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus
lagi) sambil mengigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah
bersyukur kepadanya dan mengampuninya.
Menurut Abdullah bin Dinar Allah
memasukkan lelaki tersebut ke surga. Dari hadist ini mengajarkan kepada kita
senantiasa saling menyayangi sesame makhluk Allah meskipun pada hewan yang
diharamkan.
Analisis :
Hadist diatas menjelaskan bahwa
pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak
didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan
menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang
mana sering dilakukan oleh Rasulullah dalam menyamapaikan ajaran islam. Teknik
ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat
dikalangan para sahabatnya.
Teknik bercerita ini adalah salah
satu teknik yang baik untuk menerapkan aspek pembangunan insan karena
didalamnya mencakup seluruh metodologi pendidikan yaitu pendidikan mental,
akal, jasmani serta unsur-unsur yang ada dalam jiwa seseorang, pendidikan itu
melalui teladan dan nasehat. Bukti terbaik dari metode ini adalah bagaimana
setengah dari isi kandungan Al-Qur’an adalah tentang cerita atau kisah dalam
penyamapaian ajarannya.
3.
Metode tanya jawab
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَجُلٌ يَارَسُوْلُ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ ؟ قَالَ
أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ
(رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada
seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya Rasulullah, siapakah orang yang
paling berhak saya hormati? Beliau menjawab : “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian
ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan
kamu (HR. Muslim)
Terjemahan
perkata:
رَجُلٌ:seorang
laki-laki.
أُمُّكَ:ibumu.
أَبُوْكَ:bapakmu
Pembahasan :
Seorang ibu di mata anak-anaknya
merupakan satu-satunya figure yang paling berjasa dibanding lainnya, bagaimana
tidak , karena dia telah susah payah mengandungnya selama Sembilan bulan, dalam
suka dan duka, sehat maupun sakit, bayi yang masih berada dalam kandungan
senantiasa dibawa kemana dia pergi dan berada, bahkan tidak jarang seorang ibu
yang sedang mengandung muda sampai berbulan-bulan tidak mau makan nasi karena
jika hal itu dia lakukan akan kembali keluar/muntah.
Imam An-Nawawi mengatakan
bahwa,didalam hadist tersebut terdapat anjuran untuk berbuat baik kepada
kerabat dekat, dan ibu adalah yang paling berhak mendapatkan itu, baru kemudian
ayah dan kemudian kerabat yang paling dekat. Para ulama mengatakan bahwa sebab
didahulukannya ibu adalah karena kelelahan, beban berat dan pengorbanannya di
saat mengandung, melahirkan, menyusui, perawatan pendidikan dan dan lain
sebagainya.
Analisis :
Dari penjelasan hadist diatas,
Rasulullah menggunakan metode tanya jawab sebagai starategi pembelajarannya.
Beliau sering menjawab pertanyaan dari sahabatnya ataupun sebaliknya. Metode
tanya jawab ini sendiri ialah metode pembelajaran yang memungkinkan adanya
komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik.sehingga komunikasi ini
terlihat adanya timbal balik antara guru dengan siswa. Tujuan terpenting dari
metode tanya jawab ini adalah para guru atau pendidik dapat mengetahui
sejauhmana para murid dapat mengerti dan mengungkapkan apa yang telah
diceramahkan.
4.
Metode diskusi
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصُرْ أَخَاكَ
ظَالِمًا أَوْمَظْلُوْمًا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلُ اللَّهِ أَنْصُرُهُ إِذَا
كَانَ مَظْلُوْمًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ قَالَ
تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهٌ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ
(رواه البخارى)
Dari Anas bin Malik ra, Ia berkata,
Rasulullah SAW telah bersabda : “Tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang
didzalimi. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah bagaimana jika menolong orang
dzalim? Rasulullah menjawab : “tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari
kedzaliman, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam
Bukhari)
Terjemahan
perkata:
انْصُر:tolonglah.
ظَالِمًا أَوْمَظْلُوْمًا:
yang zolim atau yang di zolimi.
كَيْفَ:bagaimana.
تَحْجُزُهُ:Hentikan dia
Pembahasan :
Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa
Rasulullah memerintahkan kepada umatnya agar menolong saudaranya baik dalam
keadaan dhalim atau madhlum (didzalimi).
Ibnu Bathal mengatakan : (النصر) menurut orang arab berarti (اعانة)
pertolongan, sungguh Rasulullah telah menjelaskan bahwa menolong orang yang
dzalim itu caranya dengan mencegah dari berbuat aniaya karena jika engkau tidak
mencegahnya, maka dia akan melakukan perbuatan aniaya hingga di qishas. Pencegahan
yang kamu lakukan dengan cara mengqishasnya itu juga bisa dikatakan menolong
orang yang beruat dzalim.
Analisis :
Diskusi pada dasarnya adalah tukar
menukar informasi dan unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk
mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu
atau untuk mempersiapkan atau merampungkan keputusan bersama.
Jika ditelaah dari bebarapa riwayat
hadist, Rasulullah adalah orang yang paling banyak melakukan diskusi. Metode
diskusi ini sering dilakukan oleh Rasulullah bersama para sahabatnya untuk
mencari kata sepakat. Tetapi walaupun Nabi sering melakukan dan membolehkan
mendidik dengan metode diskusi akan tetapi dalam pelaksanaanya harus dilakukan
dengan hikmah ataupun dengan bijak agar segala permasalahan dapat diselesaikan
dengan baik dan tanpa ada permusuhan, karena metode diskusi berbeda dengan
debat. Jika debat adalah perang argumentasi, beradu paham dan kemampuan
persuasi dalam memenangkan pendapatnya sendiri. Maka dalam metode diskusi
diharapkan semuanya memberi sumbangsih sehingga semua bisa paham dan dimengerti
secara
Jawaban 1
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ،
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنْ الزُّهْرِيِّ، قَالَ:
أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: " مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى
الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ
فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ، ثُمَّ يَقُولُ: فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَاف لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِق ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Artinya : Abdan Menceritkan kepada
kami (dengan berkata) Abdullah memberitahukan kepada kami (yang berasal) dari
al-Zukhri (yang menyatakan) Abu salamah bin Abd al-Rahman memberitahukan
kepadaku bahwa Abu Hurairah, ra. Berkata : Rasulullah SAW bersabda “setiap anak
lahir (dalam keadaan) Fitrah, kedua orang tuanya (memiliki andil dalam)
menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi.
sebagimana binatan ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurnah Anggota
tubuhnya). Apakah anda melihat anak binatang itu ada yang cacak (putus
telinganya atau anggota tubuhnya yang lain)kemudian beliau membaca, (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptkan menurut manusia fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus.[12]
surat ar-Rum ayat 30.
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ
لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا
تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ
ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”(QS. Ar-Rum, 30 : 30).
Lalu para ulama mengkaitkan ayat ini dengan
surat al-A’raf ayat 172.
وَإِذۡ أَخَذَ رَبُّكَ
مِنۢ بَنِيٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَأَشۡهَدَهُمۡ عَلَىٰٓ
أَنفُسِهِمۡ أَلَسۡتُ بِرَبِّكُمۡۖ قَالُواْ بَلَىٰ شَهِدۡنَآۚ أَن تَقُولُواْ
يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنۡ هَٰذَا غَٰفِلِينَ ١٧٢
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)" (QS. Al-A’raf, 7 : 172).
Berdasarlam
hadis dan bebera[a ayat al qur an di atas, menjelaskan bahwa seluruh manusia
manusia di lahirkan dalam keadaan fitrah. secara umum kata fitrah ini memiliki
arti suci dari berbagai perbuatan dosa. selain dari itu manusia dilahirkan
dalam keadaan lemah takberdaya, akan tetapi saat manusia di lahirkan juga pada
dasarnya dia memiliki potensi yang besar yang telah allah berikan padanya.
Selain
dari itu allah memberikan potensi berupa fisik yang sempurna pada pandangan
allah, dimana allah memberikan bentuk fisik yang di sesuaikan dengan kebuthanya
yang akan di jalani di pase pase kehidupan yang akan di jalaninya. potensi
indra yang menjadi salah satu potensi yang besar dalam kehidupan manusia telah
allah berikan sejak manusia dalam kandungan akan tetapi fungsi indrawi manusia
akan berfungsi sesuai dengan tahapan perkembanganya.
disamping
itu, jika kita lihat pada surat arum
ayat 30 menjelaskan bahwa allah telah memberi potensi yang utama dan luar biasa
yaitu bahwa allah memberikan potensi agama atau nilai nilai agama pada dirinya.
kemudian ayat ini diperkuat dan diperjelas oleh allah pada surat Al A raf ayat
172 yang menjelaskan bahwa allah telah memberikan potensi tauhid pada setiap
diri manusia yaitu dimana roh manusia dibai at untuk mengakui bahwa allah
tuhanya, ini merupakan potensi terbesar yang allah berikan pada manusia sejak sebelum lahir.
Kemudian
jika kita kaitkan pada hadis tentang fitrah di awal, seluruh potensi dan arah
hidup eorang bayi atau anak manusia akan sangat tergantung pada arah pendidikan
yang diterapkan kedua orangtuanya.
betapapun besar potensi yang allah berikan pada seorang anak, tetapi dalam
perkembangan kehidupannya sanhgat dipengaruhi oleh kedua orang tuanya. hal ini,
bukan hanya pada aspek agama apakah dia akan menjadi islam, yahudi ataupun
nasrani. akan tetapi juga menyangkut pada aspek potensi manusia seperti contoh apakah
anak ini akan menjadi seorang dokter, polisi, atau yang lainya. hal ini sangat
tergantung pada pola pendidikan yang diberikan kedua orangtuanya.
Jawaban No 2
Hadis di atas,
berkaitan dengan firman allah dalam arraum ayat 30, sehingga untuk menafsirkan
hadis tersebuta saya kaitkan terlebih dahulu dengan firman allah tersebut.
Allah Swt. berfirman: Fa aqim wajhaka li ad-dîn hanîfâ (Hadapkanlah
wajahmu dengan lurus pada agama Allah). Menurut Mujahid,
Ikrimah, al-Jazairi, Ibnu al-‘Athiyah, Abu al-Qasim al-Kalbi, dan
az-Zuhayli, kata ad-dîn bermakna dîn al-Islâm. Penafsiran
ini sangat tepat, karena khithâb ayat ini ditujukan kepada
Rasulullah saw., tentu agama yang dimaksudkan adalah Islam.
Adapun hanîf, artinya
cenderung pada jalan lurus dan meninggalkan kesesatan. Kata hanîf
tersebut, merupakan hâl (keterangan) bagi adh-dhamîr (kata
ganti) dari kata aqim atau kata al-wajh;
bisa pula merupakan hâl bagi kata ad-dîn. Dengan
demikian, menurut as-Suyuti, perintah itu mengharuskan untuk
menghadapkan wajah pada dîn al-Islâm dengan pandangan lurus;
tidak menoleh ke kiri atau ke kanan, dan tidak condong pada agama-agama lain
yang batil dan menyimpang.[1][4] Perintah ini merupakan tamsil untuk
menggambarkan sikap penerimaan total terhadap agama ini, istiqamah di dalamnya,
teguh terhadapnya, dan memandangnya amat penting.
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman: fithrah Allâh al-latî fathara an-nâs
‘alayhâ (tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu). Secara bahasa, fithrah berarti al-khilqah (naluri,
pembawaan) dan ath-thabî‘ah (tabiat, karakter) yang diciptakan
Allah Swt. pada manusia.
Menurut
sebagian mufasir, kata fithrah Allâh berarti kecenderungan dan
kesediaan manusia terhadap agama yang haq. Sebab, fitrah manusia
diciptakan Allah Swt. untuk cenderung pada tauhid dan dîn al-Islâm sehingga
manusia tidak bisa menolak dan mengingkarinya.
Sebagian
mufassir lainnya seperti Mujahid, Qatadah, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, dan
Ibnu Syihab memaknainya dengan Islam dan Tauhid. Ditafsirkannya fitrah
dengan Islam karena untuk fitrah itulah manusia diciptakan. Telah ditegaskan
bahwa jin dan manusia diciptakan Allah Swt. untuk beribadah kepada-Nya (QS
adz-Dzariyat 56). Jika dicermati, kedua makna tersebut tampak saling
melengkapi.
Harus diingat,
kata fithrah Allâh berkedudukan sebagai maf‘ûl bih (obyek)
dari fi‘il (kata kerja) yang tersembunyi, yakni ilzamû (tetaplah)
atau ittabi‘û (ikutilah). Itu berarti, manusia diperintahkan
untuk mengikuti fitrah Allah itu. Jika demikian, maka fitrah yang dimaksudkan
tentu tidak cukup hanya sebatas keyakinan fitri tentang Allah atau
kecenderungan pada tauhid. Fitrah di sini harus diartikan sebagai akidah tauhid
atau dîn al-Islâm itu sendiri. Frasa ini memperkuat perintah
untuk mempertahankan penerimaan total terhadap Islam, tidak condong pada agama
batil lainnya, dan terus memelihara sikap istiqamah terhadap dîn
al-Islâm, dîn al-haq, yang diciptakan Allah Swt. untuk
manusia. Ini sama seperti firman-Nya (yang artinya): Tetaplah kamu pada
jalan yang benar sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang-orang yang
telah taubat beserta kamu. (QS. Hud :112).[2][5]
Allah Swt.
berfirman: Lâ tabdîla li khalqillâh (tidak ada perubahan atas
fitrah Allah). Menurut Ibnu Abbas, Ibrahim an-Nakha'i, Said bin Jubair,
Mujahid, Ikrimah, Qatadah, adh-Dhahak, dan Ibnu Zaid, li khalqillâh maksudnya
adalah li dînillâh. Kata fithrah sepadan
dengan kata al-khilqah. Jika fitrah dalam ayat ini ditafsirkan
sebagai Islam atau dîn Allâh, maka kata khalq Allâh pun
demikian, bisa dimaknai dîn Allâh.
Allah Swt.
memberitakan, tidak ada perubahan bagi agama yang diciptakan-Nya untuk manusia.
Jika Allah Swt. tidak mengubah agamanya, selayaknya manusia pun tidak mengubah
agama-Nya atau menggantikannya dengan agama lain. Oleh karena itu, menurut sebagian
mufasir, sekalipun berbentuk khabar nafî (berita
yang menafikan), kalimat ini memberikan makna thalab nahî (tuntutan
untuk meninggalkan). Dengan demikian, frasa tersebut dapat diartikan: Janganlah
kamu mengubah ciptaan Allah dan agamanya dengan kemusyrikan; janganlah mengubah
fitrahmu yang asli dengan mengikuti setan dan penyesatannya; dan kembalilah
pada agama fitrah, yakni agama Islam.
Allah Swt.
menutup ayat ini dengan firman-Nya: Dzâlika ad-dîn al-qayyim walâkinna
aktsara an-nâs lâ ya‘lamûn (Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui). Kata al-qayyûm merupakan
bentuk mubâlaghah dari kata al-qiyâm (lurus).
Allah Swt. menegaskan, perintah untuk mengikuti agama tauhid dan berpegang
teguh pada syariah dan fitrah yang sehat itu adalah agama yang lurus; tidak ada
kebengkokan dan penyimpangan di dalamnya.[3][6]
Seharusnya
tidak ada keberatan sama sekali bagi manusia untuk memeluk Islam. Sebaliknya, dia
akan merasa berat dan susah ketika harus keluar dari Islam. Pasalnya, memeluk
Islam sesungguhnya merupakan fitrah manusia. Secara tersirat, ayat ini
menegaskan akan realitas tersebut. Para mufasir menafsirkan kata fithrah
Allâh dengan kecenderungan pada akidah tauhid dan Islam, bahkan Islam
itu sendiri.
Pertama:
adanya gharîzah at-tadayyun (naluri beragama) pada diri setiap
manusia sehingga ia bisa merasakan dirinya lemah dan ringkih. Ia membutuhkan
Zat Yang Mahaagung, yang berhak untuk disembah dan dimintai pertolongan.
Karenanya, manusia membutuhkan agama yang menuntun dirinya melakukan
penyembahan (‘ibâdah) terhadap Tuhannya dengan benar.
Kedua: dengan akal
yang diberikan Allah Swt. pada diri setiap manusia, ia mampu memastikan adanya Allah, Pencipta alam
semesta. Sebab, keberadaan alam semesta yang lemah, terbatas, serba kurang, dan
saling membutuhkan pasti merupakan makhluk. Hal itu memastikan adanya al-Khâliq yang
menciptakannya. Dengan demikian, kebutuhan manusia pada agama, selain didorong
oleh gharîzah at-tadayyun, juga oleh kesimpulan akal.
Lebih
jauh, akal manusia juga mampu memilah dan memilih akidah dan agama yang benar.
Akidah batil akan dengan mudah diketahui dan dibantah oleh akal manusia. Sebaliknya,
argumentasi akidah yang haq pasti tak terbantahkan sehingga memuaskan akal
manusia.
Oleh
karena itu, secara fitri manusia membutuhkan akidah dan agama yang haq, agama
yang menenteramkan perasaan sekaligus memuaskan akal. Islamlah satu-satunya
yang haq. Islam dapat memenuhi dahaga naluri beragama manusia dengan benar
sehingga menenteramkannya. Islam juga memuaskan akalnya dengan
argumentasi-argumentasinya yang kokoh dan tak terbantahkan. Dengan
demikian, Islam benar-benar sesuai dengan fitrah dan tabiat manusia. Karena
begitu sesuainya, az-Zamakhsyari dan an-Nasafi menyatakan, “Seandainya
seseorang meninggalkan Islam, mereka tidak akan bisa memilih selain Islam
sebagai agamanya.”
Sesungguhnya
bagi manusia, menolak Islam jauh lebih sulit dan berat ketimbang menerimanya.
Sebab, apa pun atau siapa pun lebih mudah memelihara tabiat asli dan jati
dirinya daripada harus mengubahnya.[4][7]
Manajemen
pendidikan islam merupakan keseluruhan proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. demikian juga dengan proses pendidikan
terhadap anak,. orang tua harus melakukan proses perencanaan pendidikan anak
dengan melakukan analisis potensi apa yang terbesar yang dimiliki anaknya.
kemudian, setelah mengetahui potensi anak, maka orangtua pun harus melakukan
penanaman nilai nilai tauhid sebagai dasar utama dalam kehidupannya di masa
yang akan datang. selanjuta orang tua harus merencanakan tahapan dan jenjang
pendidikan apa yang harus ditempuh dalam konteks pendidikan formal serta menempatkan
anak pada lingkungan yang tepat.
Dalam proses
pengeorganisasian dan pelaksanaan, orang tua harus bekerja sama dengan demham
nerbagai pihak seperti mencari lembaga pendidikan yang tepat sesuai dengan
potensinya, mencari guru yang tepat serta menyediakan media yang tepat untuk
mengembangkan pitensinya. kemudian dalam proses pengawasan, selain melibatkan
guru dan keluarga juga melibatkan masyarajata dalam melakukan pengawasa.
kemudian tahap terakhir adalah proses evaluasi sejah mana pencapaian tujuan
pendidikan yang dilakukan terkait pengembangan pitensi anak. dari hasil
evaluasi ini akan diketahui efektifitas dan efisiensi dari proses manajemen yang telah dilakukan,
dengan adanya hasil evaluasi ini, maka orang tua dapat menindak lanjuti dengan
langkah langkah apa yang akan di ambil
dalam pengembangan potensi anak.
Jawaban
No 3
Prngorganisasian
dan penggerakan meri[akan tahap yang menentukan apakah upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai
secara efektif dan efisien ataukah tidak. dalam proses ini8, dibutuhkan
kerjasama tim. jika kita ambil contoh dalam lembaga pendidikan adalah upaya
kerja sama tim sekolah untuk melakukan proses pendidikan dan pembelajaran yang
dilakukan sebaik mungkin dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan di awal.
Proses
memilih personil meru[akan hal uamh samngat penting karena tercapai dan
tidaknya tujuan akan sangat tergantung pada personil yang dipilih. untuk
memilih personil, seorang pemimpin harus melihat potensi atau kretera apa yang
dibutuhkan dalam pengembangan lembaganya. jika sampai salah dalam menempatkan
personil yang memang tidak sesuai dengan kompetensinya, maka akan menjadi
penghambat dalam pencapaian tujuan serta bisa menjadi faktor kehancuran pada
suatu lembaga karena telah salah dalam menempatkan personil.
Pengorganisasian
dan penggerakan dalam studi hadis manajemen sangay penting karena dalam study
ini mempelajasi tataran aspek teknis proses pendidikan islam yang mengacu kepada al qur an dan suunah nabi. proses
pengorganisasian dan penggerakan merupakan aspek yang sangat ditekankan oleh
nabi muhamad, dimana dalam setiap proses pendidikan yang di jalankan oleh nabi
tidak pernah telepas pada dua aspek ini.
عَنْ أَبِيْ يَعْلَى شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : «إِنَّ اللهَ
كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ. فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ
فَأَحْسِنُوْا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ
ذَبِيْحَتَهُ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus
Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku baik terhadap segala sesuatu.
Maka jika kalian membunuh, hendaklah membunuh dengan cara yang baik. Jika
kalian menyembelih, hendaklah menyembelih dengan cara yang baik. Hendaklah
seorang dari kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya”.
(HR Muslim)
Hadis ini memerintahkan kepada umat muslim agar berbuat baik
dalam segala hal dan dilakukan secara proforsional. selain dari itu, dalam
melakukan kebaikan harus menggunakan media yang tepat dan berkualitas agar
setiap amal kebaikan dapat dilakukan. untuk penjelasan lebih lanjut, kita dapat
mengambil rujukan dari ayat ayat al qur an di bawah ini.
A.
Surat Al Baqarah ayat 148
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا
تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
Artinya
:
Dan bagi tiap-tiap umat ada
kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu
(dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
Arti
kata kata :
وَلِكُلٍّ
|
: Dan bagi tiap tiap umat
|
بِكُمُ اللّهُ
|
: Dengan/padamu Allah
|
||
وِجْهَةٌ
|
: Kiblat
|
جَمِيعاً
|
: Sekalian /semua
|
||
هُوَ
|
: Ia
|
إِنَّ اللّهَ
|
: Sesungguhnya Allah
|
||
مُوَلِّيهَا
|
: Menghadap kepadanya
|
عَلَى كُلّ
|
: Atas segala
|
||
فَاسْتَبِقُوا
|
: Maka berlomba lombalah kamu
|
شَيْءٍ
|
: Sesuatu
|
||
الْخَيْرَاتِ
|
: Kebaikan
|
قَدِيرٌ
|
: Mahakuasa
|
||
أَيْنَ مَا
|
: Dimana saja
|
||||
تَكُونُوا
|
: Kamu berada
|
||||
يَأْتِ
|
: Mengumpulkan
|
||||
Identifikasi
Tajwid:
- Idgam
bigunnah, yaitu huruf tanwin bertemu wau dalam bacaan وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ
- Izhar
halqi, yaitu huruf tanwin bertemu ha dalam bacaan وِجْهَةٌ هُوَ
- Mad
Tabi`i, yaitu sebelum huruf ya bersukun hurufnya berharakat kasrah dalam
bacaan مُوَلِّيهَا
- Ikfa,
yaitu huruf bertanwin bertemu huruf qaf dalam bacaan جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ
- Mad
arid lisukun, yaitu mad yang ada sebelum tanda berhenti/waqaf pada
bacaan قَدِيرٌ
ISI
KANDUNGAN SURAT AL BAQARAH 148
Tiap tiap umat ada kiblatnya masing masing yang dijadikan
arah untuk ibadah pada zamanya. Umat Islam menghadapkan wajahnya dalam
beribadah menuju ke arah Masjidil Haram yang di dalamnya ada bangunan Kakbah.
Umat nabi Ibrahim dan Ismail juga menghadap ke arah Kakbah sedangkan umat Bani
Izrail dan umat Nasrani menghadap ke arah Baitul Maqdis. Allah swt memberikan
ketentuan bagi setiap umat manusia dalam beribadah kepadaNya dengan menunjukkan
rah kiblat yang sudah di tentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap apa
yang diperintahkan Allah tentu akan melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan
orang yang ingkar akan mencari dan membuat arah kiblat sendiri sesuai dengan
keinginanya.
Allah swt akan dapat menilai dan melihat hamba hambanya yang
patuh dan taat, dapat pula melihat hambanya yang melanggar serta meninggalkan
perintahnya. Manusia yang senantiasa berbuat baik dan taat pastilah Allah akan
membalasanya dengan pahala berupa Syurga, Sedangkan manusia yang lalai dan
meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah di Neraka yang apinya
senantiasa menyala nyala.
Hari kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa
bahwa setiap perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawabanya. Perbuatan
baik sekecil appun pasti akan mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk
atau jahat sekecil apapun juga akan mendapat balasan yang sangat adil dan
setimpal. Tak ada satupun manusia di hari kiamat yang akan dapat meloloskan
diri dari pengadilan Allah swt. Kehidupan di akhirat hakekatnya adalah
kehidupan hakiki dan merupakan kehidupan yang sebenarnya,oleh karena itu kehidupan
yang sebentar di dunia ini hendaklah benar benar digunakan dengan sebaik
baiknya untuk di isi dengan amal perbuatan yang baik. Kebahagiaan manusia di
akhirat sesungguhnya ditentukan oleh kebahagiaan di dunia ini dengan satu
syarat senantiasa melakukan dan melaksanakan syariat Allah dengan sebaik
baiknya.
Allah swt sudah memberikan gambaran dan peringatan agar
manusia berhati hati dalam hidup ini sebagaimana banyak tertuang dalam firman
Allah yang berisi agar manusia berbuat baik, karena setiap perbuatan akan
kembali kepada manusia itu sendiri. Seperti disebutkan dalam Al quran surat,
Al-baqarah ayat; 25,58,83,195, Al-Maidah : 13, Al-An`am : 84, Al-A`raf : 56,
Yunus: 26, dan Surat Yunus : 7
Selain firman Allah tersbut masih banyak surat dalam Al
quran yang memerintahkan untuk berbuat baik. Maka dengan niat penuh keikhlasan
hendaklah kita awali dan perbaharui hidup ini dengan niat untuk senantiasa
melakukan amal amal perbuatan yang baik.
Surat
Al Fathir : 32
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ
الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم
مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ
الْفَضْلُ الْكَبِيرُ ﴿٣٢﴾
Artinya
:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan
kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara
mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Arti
kata kata
ثُمَّ
|
:Kemudian
|
مُّقْتَصِدٌ
|
:Ada yang pertengahan
|
أَوْرَثْنَا
|
:Kami wariskan
|
سَابِقٌ
|
:Yang lebih dulu
|
الْكِتَابَ
|
:Kitab itu
|
بِالْخَيْرَاتِ
|
:Berbuat kebaikan
|
الَّذِينَ
|
:Yang
|
بِإِذْنِ اللَّهِ
|
engan izin Allah
|
اصْطَفَيْنَا
|
:Kami pilih
|
ذَلِكَ هُوَ
|
:Yang demikian itu adalah
|
مِنْ عِبَادِنَا
|
: Diantara hamba hamba kami
|
الْفَضْلُ
|
:Karunia
|
فَمِنْهُمْ
|
:Lalu diantara mereka
|
الْكَبِيرُ
|
:Yang amat besar
|
ظَالِمٌ
|
: Menganiaya
|
||
لِّنَفْسِهِ
|
: Diri mereka sendiri
|
||
وَمِنْهُم
|
: Dan diantara mereka
|
Identifikasi
Tajwid :
- Mim
musyadah atau mim bertasydid pada bacaan ثُمَّ
- Izhar
yaitu huruf nun bersukun bertemu huruf `ain pada bacaan مِنْ عِبَادِنَا
- idgam
bilagunnah yaitu huruf tanwin bertemu huruf lam pada bacaan ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ
- idgam
mimi yaitu huruf mim bersukun bertemu huruf mim pada bacaan وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ
- izhar
syafawi yaitu huru mim bersukun bertemu huruf sin pada bacaan وَمِنْهُمْ سَابِقٌ
- iqlab
yaitu tanwin bertemu huruf ba pada bacaan سَابِقٌ
بِالْخَيْرَاتِ
Isi
Kandungan :
Berdasarkan surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi
manusia kedalam tiga derajat kedudukan manusia :
- Golongan
Dholimun Linafsih, ialah golongan yang selalu mendholimi dan menganiaya
diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah SWT, dengan
meninggalkan perintaNya dan mengerjakan Larangan laranganNya.
- Golongan
Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada
pada pertengahan, bersifat cermat dan senantiasa berhati hati dengan
melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan laranganNya.
- Golongan
Sabiqun Bil Khairat, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif
dalam melakukan kebaikan. Golongan ini memiliki ruhiyyah yangtinggi dengan
senantiasa melaksanakan yang wajib dan mengerjakan amalan amalan yang
sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi dari perkara perkara yang syubhat
dan ragu ragu dalam kehidupan sehari hari.
Pada hakikatnya seluruh
ayat dan hadis tentang kewajiban berbuat baik dalam segala hal ini, menjadi
dasar utama dalam proses perencanaan dan roda organisasi. dimana dalam setiap
perencanaan yang dilakukan harus mengandung nilai nilai dan manfaat yang baik
bagi masyarakat atau pengguna layanan organisasi yang bersangkutan. Selain itu
juga dalam setiap perencanaan harus ditanamkan bahwa setiap tahapan yang
dijalankan harus mengandung nilai nilai ibadah dalam rangka mendapatkan rido
allah.
Semangat berlomba lomba
dalam kebaikan merupakan nilai khas yang menjadi pembeda antara organisasi atau
lembaga pendidikan islam dengan lembaga lainnya. dalam proses perencanaan
organisasi lembaga pendidikan isklam benar benar harus memerhatikan seluruh
aspek kehidupan dan nilai kebermanfaatan bagi mayarakat umum.
Jawaban No 4
حدثنا
محمد بن عبدالله بن نمير. حدثنا أبي حدثنا
زكرياء عن الشعبي، عَنِ النَّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ.
قَالَ:قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم “مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي
تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ.
إِذَا اِشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ
الْجَسَدِ بِالسَّهْرِ وَالْحَمَى”.
Arti Mufrodat
تَوَادِّهِمْ :
saling kasih تَرَاحُمِهِمْ : saling
menyayang تَعَاطُفِهِمْ : saling cinta .
Tarjamah
Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda:
Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti
sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota
tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam.]
c. Makna Hadits
Perumpamaan rasulullah dalam menjelaskan tentang kasih sayang sesama muslim
sebagaimana sebuah tubuh, apabila salah satu anggota tubuh merasa sakit maka
akan mempengaruhi kinerja dan fungsi anggota tubuh yang lain. Kata تَوَادِّهِمْ, تَرَاحُمِهِمْ
dan تَعَاطُفِهِمْ apabila kita kaji
dari segi kebasaan merupakan kata yang mengandung arti musyarokah
(melibatkan lebih dari satu orang). Actuating adalah aktifitas yang
melibatkan teamwork yang saling berhubungan dan berkaitan untuk mencapai
tujuan yang sama, apabila terjadi kegagalan dalam satu tim maka akan
berpengaruh pula pada tim yang lain. Tanggungjawab pimpinan adalah untuk
memberikan arahan, motivasi dan bimbingan dengan penuh kasih sayang dan rasa
cinta sedangkan anggota tim bertanggun jawab atas tugasnya masing-masing untuk
mencapai tujuan besar yang telah dirumuskan
عن أبي عبد الله الزبير بن العوام رضي
الله عنه قال:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لأن يأخذ أحدكم أحبله ثم يأتي الجبل، فيأتي بحزمةٍ من حطبٍ على ظهره
فيبيعها، فيكف الله بها وجهه، خيرٌ له من أن يسأل الناس،أعطوه أو منعوه.
رواه البخاري.
Dari Abu Abdillah yaitu az-Zubair bin al-Awwam r.a.,
katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Niscayalah jikalau seseorang dari
engkau semua itu mengambil tali-talinya – untuk mengikat – lalu ia datang di
gunung, kemudian ia datang kembali – di negerinya – dengan membawa sebongkokan
kayu bakar di atas punggungnya, lalu menjualnya,kemudian dengan cara sedemikian
itu Allah menahan wajahnya – yakni dicukupi kebutuhannya, maka hal yang semacam
itu adalah lebih baik baginya daripada meminta-minta sesuatu pada orang-orang,
baik mereka itu suka memberinya atau menolaknya.” (Riwayat Bukhari)
Rasullullah memberikan contoh kemandirian yang luar biasa,
sebagai pemimpin nabi dan pimpinan umat Islam beliau tak segan menjahit bajunya
sendiri, beliau juga seringkali turun langsung ke medan jihad, mengangkat batu,
membuat parit, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Kemudian, dibawah ini akan dikemukakan setidaknya ada 4
hadis yang menjelaskan terkait metode dan sekaligus media pendidikan adalah
sebagai berikut
1.
Metode peragaan dan demonstrasi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَافِلُ اليَتِيْمِ لَهُ أَوْ
لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الجَنَّةِ وَأَشَارَ مَالِكٌ
بِالسَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى
(رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a , Ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda : orang yang menanggung hidup anak yatim atau yang
lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia seperti ini di dalam syurga dan Imam Malik mengisyaratkan seperti jari
telenjuk dan tengah (HR. Imam Muslim)
Terjemah perkata:
:كَافِلُ اليَتِيْمِ orang yang menanggung hidup anak yatim.
أَشَار :mengisyaratkan.
بِالسَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى :Jari telunjuk
dan jari tengah
Pembahasan :
Dari hadist diatas yang dimaksud
dengan ( كَافِلُ اليَتِيْمِ)
adalah mencukupi segala kebutuhannya mulai dari nafakah, pakaian, pendidikan
sekolah dan bertanggung jawab atas baik buruknya adabnya. Hal yang demikian ini
mendapatkan keuatamaan baik dari hartanya sendiri maupun harta anak
yatimtersebut dengan menjadi walinya ini.
Maksud dari أَوْ لِغَيْره yaitu orang terdekatnya seperti kakek,
nenek, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan, paman dari ayah, paman dari
ibu bibi dari ibu dan orang lain.
Analisis :
Pada
hadist diatas menerangkan tentang hubungan kedekatan Rasulullah dengan orang
yang memelihara anak yatim. Rasulullah SAW mendemonstrasikan juga dengan jari
beliau. Beliau menerangkan kepada para sahabat bahwa kedudukan beliau dengan
orang yang memelihara anak yatim di surga begitu dekat, seperti kedekatan jari
tengah dan jari telunjuk.
Dalam
dunia pendidikan sekarang ini, para pendidik dianjurkan sekali untuk bisa
meneladani Rasulullah SAW dalam menjelaskan pelajaran dengan menggunakan alat
peraga dalam metode pengajarannnya. Metode peraga ini sekarang lebih dikenal
dengan sebutan media pendidikan. Media pendidkan adalah suatu benda yang dapat
dindrai, khususnya penglihatan dan pendengaran baik yang terdapat dalam maupun
luar kelas yang digunakan sebagai alat bantu penghubung dalam proses
pembelajaran. Media pendidikan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas belajar
siswa. Media pendidikan mengandung beberapa beberapa aspek-aspek yaitu sebagai
alat atau sebagai teknik yang berkaitan erat dengan metode pengajaran.
2.
Metode cerita dan kisah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا
رَجُلٌ يَمْشِي فَشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا
ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا وَهُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَـأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ
فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلاَ حُفَّهُ ثُمَّ
أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لّهُ
فَغَفَرَ لَهُ قَالُوْا يَارَسُوْلُ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي البَهَائِمِ
أَجْرًا قَالَ فِي كَلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرُ (رواه البخارى)
Dari Abu Hurairah r.a, Ia
berkata sesungguhnya Rasululllah SAW bersabda : “Ketika seorang laki-laki
sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali kemudian ia
menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari
sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati
tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata : anjing itu sangat haus
sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air),
kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu
kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni, sahabat bertanya wahai
Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita menolong hewan ? Nabi SAW
menjawab : disetiap yang mempunyai limpa basah ada pahalanya”. (HR.Imam
Bukhori)
Terjemahan perkata:
يَمْشِي :berjalan.
بِئْرًا :sumur.
الْعَطَشُ :haus.
أَجْرًا:pahala
Pembahasan :
Ketika seorang laki-laki sedang
berjlan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali, kemudian ia menemukan sumur
lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba
datang seekor anjing menjulur-julurkan lidanya ia menjilati tanah karena sangat
haus, lelaki itu berkata: anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian
masuk ke sumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus
lagi) sambil mengigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah
bersyukur kepadanya dan mengampuninya.
Menurut Abdullah bin Dinar Allah
memasukkan lelaki tersebut ke surga. Dari hadist ini mengajarkan kepada kita
senantiasa saling menyayangi sesame makhluk Allah meskipun pada hewan yang
diharamkan.
Analisis :
Hadist diatas menjelaskan bahwa
pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak
didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan
menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang
mana sering dilakukan oleh Rasulullah dalam menyamapaikan ajaran islam. Teknik
ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat
dikalangan para sahabatnya.
Teknik bercerita ini adalah salah
satu teknik yang baik untuk menerapkan aspek pembangunan insan karena
didalamnya mencakup seluruh metodologi pendidikan yaitu pendidikan mental,
akal, jasmani serta unsur-unsur yang ada dalam jiwa seseorang, pendidikan itu
melalui teladan dan nasehat. Bukti terbaik dari metode ini adalah bagaimana
setengah dari isi kandungan Al-Qur’an adalah tentang cerita atau kisah dalam
penyamapaian ajarannya.
3.
Metode tanya jawab
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَجُلٌ يَارَسُوْلُ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ ؟ قَالَ
أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ
(رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada
seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya Rasulullah, siapakah orang yang
paling berhak saya hormati? Beliau menjawab : “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian
ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan
kamu (HR. Muslim)
Terjemahan
perkata:
رَجُلٌ:seorang
laki-laki.
أُمُّكَ:ibumu.
أَبُوْكَ:bapakmu
Pembahasan :
Seorang ibu di mata anak-anaknya
merupakan satu-satunya figure yang paling berjasa dibanding lainnya, bagaimana
tidak , karena dia telah susah payah mengandungnya selama Sembilan bulan, dalam
suka dan duka, sehat maupun sakit, bayi yang masih berada dalam kandungan
senantiasa dibawa kemana dia pergi dan berada, bahkan tidak jarang seorang ibu
yang sedang mengandung muda sampai berbulan-bulan tidak mau makan nasi karena
jika hal itu dia lakukan akan kembali keluar/muntah.
Imam An-Nawawi mengatakan
bahwa,didalam hadist tersebut terdapat anjuran untuk berbuat baik kepada
kerabat dekat, dan ibu adalah yang paling berhak mendapatkan itu, baru kemudian
ayah dan kemudian kerabat yang paling dekat. Para ulama mengatakan bahwa sebab
didahulukannya ibu adalah karena kelelahan, beban berat dan pengorbanannya di
saat mengandung, melahirkan, menyusui, perawatan pendidikan dan dan lain
sebagainya.
Analisis :
Dari penjelasan hadist diatas,
Rasulullah menggunakan metode tanya jawab sebagai starategi pembelajarannya.
Beliau sering menjawab pertanyaan dari sahabatnya ataupun sebaliknya. Metode
tanya jawab ini sendiri ialah metode pembelajaran yang memungkinkan adanya
komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik.sehingga komunikasi ini
terlihat adanya timbal balik antara guru dengan siswa. Tujuan terpenting dari
metode tanya jawab ini adalah para guru atau pendidik dapat mengetahui
sejauhmana para murid dapat mengerti dan mengungkapkan apa yang telah
diceramahkan.
4.
Metode diskusi
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصُرْ أَخَاكَ
ظَالِمًا أَوْمَظْلُوْمًا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلُ اللَّهِ أَنْصُرُهُ إِذَا
كَانَ مَظْلُوْمًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ قَالَ
تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهٌ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ
(رواه البخارى)
Dari Anas bin Malik ra, Ia berkata,
Rasulullah SAW telah bersabda : “Tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang
didzalimi. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah bagaimana jika menolong orang
dzalim? Rasulullah menjawab : “tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari
kedzaliman, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam
Bukhari)
Terjemahan
perkata:
انْصُر:tolonglah.
ظَالِمًا أَوْمَظْلُوْمًا:
yang zolim atau yang di zolimi.
كَيْفَ:bagaimana.
تَحْجُزُهُ:Hentikan dia
Pembahasan :
Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa
Rasulullah memerintahkan kepada umatnya agar menolong saudaranya baik dalam
keadaan dhalim atau madhlum (didzalimi).
Ibnu Bathal mengatakan : (النصر) menurut orang arab berarti (اعانة)
pertolongan, sungguh Rasulullah telah menjelaskan bahwa menolong orang yang
dzalim itu caranya dengan mencegah dari berbuat aniaya karena jika engkau tidak
mencegahnya, maka dia akan melakukan perbuatan aniaya hingga di qishas. Pencegahan
yang kamu lakukan dengan cara mengqishasnya itu juga bisa dikatakan menolong
orang yang beruat dzalim.
Analisis :
Diskusi pada dasarnya adalah tukar
menukar informasi dan unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk
mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu
atau untuk mempersiapkan atau merampungkan keputusan bersama.
Jika ditelaah dari bebarapa riwayat
hadist, Rasulullah adalah orang yang paling banyak melakukan diskusi. Metode
diskusi ini sering dilakukan oleh Rasulullah bersama para sahabatnya untuk
mencari kata sepakat. Tetapi walaupun Nabi sering melakukan dan membolehkan
mendidik dengan metode diskusi akan tetapi dalam pelaksanaanya harus dilakukan
dengan hikmah ataupun dengan bijak agar segala permasalahan dapat diselesaikan
dengan baik dan tanpa ada permusuhan, karena metode diskusi berbeda dengan
debat. Jika debat adalah perang argumentasi, beradu paham dan kemampuan
persuasi dalam memenangkan pendapatnya sendiri. Maka dalam metode diskusi
diharapkan semuanya memberi sumbangsih sehingga semua bisa paham dan dimengerti
secara